Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS, The Fed Menentukan Nasibnya.
Tanggal: 26 Jul 2024 09:46 wib.
Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari Kamis (25/7/2024), tepatnya ke angka Rp16.250 per dolar AS. Data Bloomberg mencatat penurunan sebesar 0,22% atau 35 poin dari posisi sebelumnya. Sementara itu, indeks dolar terpantau melemah 0,22% ke level 103,900. Kondisi tersebut tidak hanya dialami oleh rupiah, tetapi sejumlah mata uang kawasan Asia juga bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 1,18%, dolar Hong Kong naik 0,05%, yuan China menguat 0,72%, ringgit Malaysia naik 0,30%, dan rupee India menguat 0,06%. Namun, won Korea, peso Filipina, dan baht Thailand justru terpantau melemah.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memberikan penjelasan bahwa kondisi tersebut dipengaruhi oleh data Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal II/2024 dan pertemuan The Fed yang berlangsung pada hari yang sama. Meskipun proyeksi menurunkan suku bunga pada bulan ini tidak banyak dilakukan, ada indikasi kuat bahwa pesan dari The Fed untuk melakukan pivot pada bulan September akan menjadi lebih kuat, mengingat penurunan inflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Selain itu, situasi global yang mempengaruhi mata uang rupiah juga termasuk dari keputusan Bank of Japan (BOJ) yang diperkirakan akan bertahan pada suku bunga saat ini hingga bulan September atau Oktober. Adanya dugaan intervensi mata uang baru-baru ini membuat para spekulan berbondong-bondong menutup perdagangan carry trade yang selama ini menguntungkan, di mana mereka meminjam dalam yen dengan imbal hasil rendah dan berinvestasi dalam aset mata uang dengan suku bunga lebih tinggi. Hal ini juga tercermin dari penurunan tajam nilai pasar Tiongkok akibat serangkaian data ekonomi yang lemah, yang menyebabkan sentimen terhadap negara tersebut menjadi kurang positif.
Dari sisi dalam negeri, pemerintahan yang baru akan segera menghadapi tantangan terkait utang jatuh tempo yang diwariskan oleh pemerintahan sebelumnya. Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) meninggalkan utang senilai Rp3.748,2 triliun yang jatuh tempo dalam kurun waktu lima tahun ke depan atau hingga 2029. Pemerintahan baru juga dihadapkan pada janji-janji yang sangat banyak, yang memerlukan strategi keuangan yang komprehensif. Profil jatuh tempo utang pemerintah yang terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) mencapai total Rp3.245,3 triliun untuk periode 2025 hingga 2029, sementara jatuh tempo pinjaman pada periode yang sama akan mencapai Rp502,9 triliun. Total keseluruhan mencapai Rp3.748,2 triliun, yang tentunya memerlukan perencanaan keuangan yang matang.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah ke depan perlu lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan negara. Ketika pemerintah memutuskan untuk berutang demi menutup defisit anggaran, perlu diingat bahwa hal tersebut juga akan menimbulkan beban bunga. Skenario ini akan semakin rumit jika tidak diiringi dengan pengelolaan utang yang bijak.
Untuk perdagangan besok, Jumat (26/7/2024), diproyeksikan mata uang rupiah akan mengalami fluktuasi namun diperkirakan akan ditutup melemah di kisaran Rp16.240 hingga Rp16.300 per dolar AS. Dengan kondisi ekonomi global yang cenderung tidak stabil, penting bagi pemerintah dan pelaku pasar untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi. Selain itu, langkah-langkah kebijakan yang proaktif diperlukan untuk memitigasi dampak dari kondisi eksternal yang tidak menentu.