Rupiah Terus Melemah, Siapa yang Dirugikan dan Apa Solusinya?
Tanggal: 13 Mei 2025 22:37 wib.
Tampang.com | Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tergerus, membuat masyarakat dan pelaku usaha khawatir akan dampaknya pada inflasi dan daya beli. Meskipun Bank Indonesia berusaha menstabilkan nilai rupiah, penurunan ini menciptakan ketidakpastian yang berkelanjutan di pasar.
Penyusutan Nilai Rupiah dan Daya Beli Masyarakat
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk yang mengandalkan konsumsi domestik, penyusutan nilai rupiah mengancam daya beli masyarakat. Produk impor, bahan baku industri, dan barang kebutuhan pokok menjadi lebih mahal. Hal ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari, terutama bagi kelas menengah ke bawah.
“Setiap kali nilai tukar rupiah melemah, harga barang-barang impor langsung naik, dan itu berdampak langsung pada pengeluaran rumah tangga,” ujar Maria, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Jakarta.
Pengaruh terhadap Pelaku Usaha
Bagi para pelaku usaha, terutama yang bergantung pada bahan baku impor, pelemahan rupiah menambah beban biaya produksi. Banyak perusahaan yang terpaksa menaikkan harga jual produk mereka, yang berujung pada berkurangnya daya beli konsumen.
“Dengan naiknya harga bahan baku, kami terpaksa menaikkan harga jual produk. Tapi ini membuat penjualan menurun,” kata Arief, pemilik usaha manufaktur di Bandung.
Penyebab Pelemahan Rupiah
Menurut para ekonom, penyusutan nilai rupiah dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi global, kebijakan moneter AS yang semakin ketat, dan defisit transaksi berjalan Indonesia. Selain itu, ketergantungan Indonesia pada impor energi seperti bahan bakar juga memberi dampak besar pada perekonomian.
“Ketika cadangan devisa Indonesia menipis dan utang luar negeri meningkat, kami menjadi lebih rentan terhadap fluktuasi nilai tukar,” jelas Fadli, seorang ekonom dari Universitas Indonesia.
Solusi: Penguatan Ekonomi Domestik dan Diversifikasi Ekspor
Para ahli menyarankan agar Indonesia mengurangi ketergantungan pada impor dengan memperkuat sektor produksi dalam negeri, terutama dalam bidang energi dan manufaktur. Selain itu, diversifikasi pasar ekspor juga perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko akibat ketergantungan pada satu pasar utama.
“Pemerintah perlu memperkuat industri domestik dan memanfaatkan potensi pasar Asia Tenggara, mengingat kita memiliki akses yang baik ke sana,” ujar Fadli.
Pentingnya Kebijakan Moneter yang Tepat
Selain kebijakan fiskal, kebijakan moneter yang bijak dari Bank Indonesia juga menjadi kunci dalam menstabilkan nilai rupiah. Pengelolaan inflasi, pengendalian suku bunga, serta intervensi yang tepat di pasar valuta asing bisa membantu mengurangi dampak negatif dari penyusutan nilai rupiah.