Rupiah Terus Melemah! Harga Kebutuhan Pokok Naik, Daya Beli Terancam Jatuh
Tanggal: 1 Jun 2025 09:43 wib.
Tampang.com | Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus menunjukkan tren pelemahan sejak kuartal pertama 2025. Melemahnya rupiah ini tidak hanya menjadi indikator gejolak ekonomi global, tetapi juga berdampak langsung ke kantong rakyat Indonesia yang mulai menjerit menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok.
Kurs Melemah, Harga Melonjak
Perdagangan valuta asing menunjukkan kurs rupiah sempat menyentuh angka paling lemah dalam dua tahun terakhir. Dampaknya langsung terasa di pasar: harga bahan makanan, barang elektronik, dan kebutuhan rumah tangga perlahan naik.
“Telur, minyak goreng, bahkan cabai, semua naik. Gaji nggak ikut naik, tapi belanja bulanan makin tipis,” keluh Ibu Santi, ibu rumah tangga yang ditemui di pasar tradisional wilayah Bekasi.
Pelemahan rupiah membuat biaya impor naik, yang pada akhirnya dibebankan ke konsumen. Apalagi Indonesia masih sangat bergantung pada barang-barang impor, mulai dari bahan baku industri hingga produk konsumsi.
Daya Beli Rakyat Makin Tertekan
Di tengah tren inflasi yang terus meningkat, masyarakat berpendapatan menengah dan rendah menjadi kelompok paling rentan. Pengeluaran rumah tangga melonjak, sementara pendapatan tetap stagnan.
“Kita lihat masyarakat mulai mengurangi konsumsi. Beli daging jadi seminggu sekali, bahkan beralih ke lauk yang lebih murah,” jelas Denny Hamzah, ekonom dari Jakarta Economic Forum.
Fenomena ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi karena konsumsi domestik merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Kondisi Global Tidak Bersahabat
Tekanan terhadap rupiah dipicu oleh berbagai faktor eksternal, mulai dari kenaikan suku bunga acuan The Fed, ketegangan geopolitik di Asia Timur, hingga fluktuasi harga minyak global.
“Rupiah tidak sendirian. Banyak mata uang di negara berkembang juga mengalami tekanan. Tapi Indonesia harus waspada karena ketergantungan impor kita cukup tinggi,” terang Denny.
Situasi global yang tidak stabil mempersempit ruang gerak kebijakan moneter dan fiskal domestik. Pemerintah dituntut untuk responsif namun juga hati-hati dalam menyusun strategi penyeimbang.
Langkah Pemerintah Dinilai Belum Cukup
Meski Bank Indonesia telah mengintervensi pasar dan menaikkan suku bunga untuk menahan laju pelemahan, dampaknya belum signifikan. Pemerintah pun baru sebatas memberikan imbauan efisiensi dan menjaga ketahanan pangan nasional.
“Langkah taktis harus segera diambil. Misalnya mendorong substitusi impor, mempercepat distribusi bahan pangan lokal, dan memberi subsidi yang tepat sasaran,” tegas Denny.
Ia juga mengingatkan bahwa jika pelemahan rupiah berlangsung terlalu lama, akan muncul efek domino terhadap sektor industri, ekspor, dan ketenagakerjaan.
Harapan pada Kekuatan Ekonomi Domestik
Di tengah tekanan eksternal, stabilitas ekonomi Indonesia sangat bergantung pada kekuatan konsumsi dalam negeri dan keberhasilan pemerintah menjaga harga-harga tetap terjangkau.
Masyarakat pun diimbau untuk cermat dalam mengelola pengeluaran dan tidak panik menghadapi fluktuasi nilai tukar. Namun, semua akan sia-sia jika tidak didukung kebijakan yang konkret dari para pengambil keputusan.