Rupiah Sempat Hampir Tembus Rp16.500 per Dolar AS
Tanggal: 18 Jun 2024 06:35 wib.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) masih terus mengalami pelemahan, dengan angka terakhir mencapai level Rp16.412 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg. Terjadi penurunan sebesar 142 poin atau minus 0,87 persen dari perdagangan sebelumnya. Data dari Google Finance juga menunjukkan angka serupa, di mana pada Senin (17/6), nilai tukar dolar AS turun sebesar 0,29 persen menjadi Rp16.440, meski sempat mencapai Rp16.486 yang hampir tembus angka Rp16.500.
Meskipun demikian, nilai Rupiah yang masih dalam perkiraan ini disebabkan karena perdagangan masih tutup. Kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada 14 Juni tercatat sebesar Rp16.374 per dolar AS. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, telah memberikan penjelasan terkait pelemahan Rupiah hingga mencapai level Rp16 ribu belakangan ini. Perry mengatakan bahwa kondisi mata uang Indonesia masih relatif stabil bila dibandingkan dengan beberapa negara lain.
Meskipun demikian, Perry memastikan bahwa Bank Indonesia telah melakukan berbagai intervensi, di antaranya adalah menarik portofolio asing ke dalam negeri. Dalam penjelasannya, ia juga mengimbau masyarakat untuk membandingkan kondisi mata uang Indonesia dengan Korea, Filipina, Thailand, dan Jepang. Menurutnya, depresiasi mata uang Rupiah cenderung lebih rendah dan stabil.
Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS telah menjadi perhatian masyarakat dan pelaku pasar. Penurunan nilai tukar ini turut mempengaruhi sektor ekonomi dan keuangan di Indonesia. Dalam pandangan banyak orang, pelemahan Rupiah juga berpotensi berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat.
Apabila melihat perbandingan dengan negara-negara tetangga, terlihat bahwa kondisi Rupiah memang belum sepenuhnya stabil. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura pada hari yang sama adalah SGD 1 = Rp9.612, jauh lebih tinggi daripada Rupiah terhadap dolar AS. Hal ini menunjukkan bahwa Rupiah masih rentan terhadap fluktuasi pasar.
Selain itu, pelemahan Rupiah juga akan berdampak pada peningkatan harga barang-barang impor. Hal ini berkaitan erat dengan ketergantungan Indonesia terhadap impor, terutama dalam hal bahan mentah, barang konsumsi, dan barang modal. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi memberikan tekanan inflasi, yang akan berdampak negatif terhadap stabilitas perekonomian nasional.
Meskipun negatif, pelemahan Rupiah juga memiliki sisi positif bagi sektor ekspor. Dengan nilai tukar Rupiah yang lebih rendah terhadap dolar AS, produk-produk Indonesia menjadi lebih murah bagi pasar ekspor. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekspor dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional.
Untuk mengatasi pelemahan Rupiah, langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia menjadi sangat penting. Selain intervensi langsung, Bank Indonesia juga dapat melakukan penyesuaian suku bunga untuk menjaga daya tarik investasi dalam negeri. Selain itu, kebijakan yang mendorong penguatan sektor riil seperti industri manufaktur dan pertanian juga dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Penguatan potensi sektor riil dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi pelemahan Rupiah. Pemerintah juga dapat melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri, sehingga ketergantungan terhadap impor dapat berkurang. Peningkatan produksi dalam negeri juga akan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pelemahan Rupiah sebenarnya dapat menjadi momentum bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk mendorong reformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Melalui langkah-langkah yang tepat, pelemahan Rupiah dapat diatasi dan bahkan dimanfaatkan sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
Penanganan pelemahan Rupiah secara komprehensif menjadi sangat penting bagi pemerintah dan Bank Indonesia. Melalui kebijakan yang tepat, pelemahan Rupiah dapat diatasi tanpa menimbulkan dampak negatif yang berkelanjutan bagi perekonomian nasional.