Rupiah Menguat Tipis, Sinyal Pemulihan atau Sekadar Nafas Pendek?
Tanggal: 27 Mei 2025 22:20 wib.
Tampang.com | Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencatat penguatan tipis dalam beberapa hari terakhir. Meski dianggap sebagai sinyal positif oleh sebagian pelaku pasar, banyak pengamat menilai penguatan ini masih bersifat sementara dan belum cukup kuat untuk disebut tren pemulihan jangka panjang.
Faktor Penyebab Penguatan Sementara
Penguatan rupiah kali ini didorong oleh kombinasi faktor teknikal dan psikologis pasar, seperti intervensi Bank Indonesia, penurunan indeks dolar global, serta masuknya dana asing ke pasar obligasi domestik. Namun, penguatan tersebut belum didukung oleh faktor fundamental yang stabil, seperti neraca perdagangan dan pertumbuhan investasi yang konsisten.
Respons Pelaku Pasar dan Dunia Usaha
Pelaku pasar keuangan menyambut positif penguatan rupiah, meski masih berhati-hati. Dunia usaha, terutama sektor impor, mendapat sedikit ruang bernapas karena biaya pembelian bahan baku luar negeri menjadi lebih murah. Namun, kondisi ini belum cukup mendorong ekspansi signifikan karena fluktuasi masih tinggi dan bisa berubah cepat.
Kekhawatiran terhadap Volatilitas
Pasar valuta asing global masih diliputi ketidakpastian akibat isu geopolitik, arah suku bunga The Fed, dan tekanan inflasi. Rupiah tetap rentan terhadap tekanan eksternal, terutama jika terjadi outflow dana asing secara mendadak. Oleh karena itu, penguatan saat ini dinilai lebih sebagai ‘nafas pendek’ daripada sinyal pemulihan penuh.
Kebijakan Bank Indonesia dan Stabilitas Jangka Panjang
Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar dengan strategi triple intervention: di pasar spot, DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), dan pembelian obligasi di pasar sekunder. Namun, upaya ini tetap perlu didukung oleh pertumbuhan ekonomi riil yang kuat agar nilai tukar bisa lebih stabil dan berkelanjutan.
Prospek Ke Depan
Untuk menjaga tren positif, pemerintah perlu memperkuat sektor ekspor, meningkatkan kepercayaan investor, dan menjaga iklim bisnis tetap kondusif. Jika dilakukan konsisten, nilai tukar rupiah bisa menjadi lebih tangguh terhadap gejolak eksternal dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi secara menyeluruh.