Rupiah Menguat Didukung Prospek Pertumbuhan Kredit Perbankan yang Semakin Baik
Tanggal: 23 Mei 2025 09:11 wib.
Tampang.com Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan yang didukung oleh prospek pertumbuhan kredit perbankan yang membaik sepanjang tahun ini. Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa keputusan kebijakan moneter yang diambil konsisten dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang diperkirakan tetap rendah dan terkendali pada rentang 2,5 persen plus minus 1 persen.
Selain itu, BI berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar sesuai dengan fundamental perekonomian nasional sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam pandangan BI, pertumbuhan kredit perbankan tahun 2025 diperkirakan berada di kisaran 8 sampai 11 persen, berdasarkan perkembangan kredit hingga April 2025.
Data terbaru menunjukkan, pertumbuhan kredit pada April 2025 tercatat sebesar 8,88 persen secara tahunan (year on year/yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan Maret yang mencapai 9,16 persen yoy. Dari sisi penawaran, minat bank dalam menyalurkan kredit masih cukup baik, terutama di sektor pertanian, listrik, gas, air (LGA), dan jasa sosial.
Kondisi likuiditas perbankan secara umum dinilai masih memadai, meskipun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan perlambatan, dari 5,51 persen yoy pada Januari menjadi 4,55 persen yoy pada April 2025. Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit utama berasal dari sektor industri, pengangkutan, dan jasa sosial, dengan kontribusi dari sektor konstruksi dan perdagangan yang masih terbatas.
Rinciannya, pertumbuhan kredit modal kerja mencapai 4,62 persen yoy, kredit investasi sebesar 15,86 persen yoy, dan kredit konsumsi tumbuh 8,97 persen yoy. Di samping itu, pembiayaan syariah mencatat pertumbuhan 8,85 persen yoy, sementara kredit untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tumbuh 2,60 persen yoy.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menyatakan bahwa ke depan upaya perlu terus didorong untuk mempercepat penyaluran kredit melalui penurunan suku bunga, perluasan sumber dana perbankan, serta peningkatan permintaan dari sektor riil. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sentimen positif global juga turut menguatkan rupiah, terutama karena penurunan indeks dolar AS dan memburuknya pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat. Pada penutupan perdagangan terbaru, rupiah menguat 71 poin atau 0,43 persen ke level Rp 16.328 per dolar AS, dibandingkan sebelumnya Rp 16.399 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis juga menunjukkan penguatan ke posisi Rp 16.313 per dolar AS, naik dari Rp 16.413 per dolar AS sehari sebelumnya.