Sumber foto: Google

Rupiah di Ambang 20 Ribu: Redenominasi atau Ancaman Terhadap Dolar AS

Tanggal: 10 Nov 2025 15:21 wib.
Nilai tukar rupiah kembali menjadi sorotan publik dan pelaku pasar keuangan. Bank Indonesia (BI) dan sejumlah analis ekonomi memperingatkan bahwa rupiah berpotensi menembus level Rp20.000 per dolar AS jika program redenominasi mata uang tidak segera direalisasikan. Prediksi ini muncul di tengah tekanan global terhadap mata uang negara berkembang dan meningkatnya permintaan dolar di pasar domestik.

Redenominasi rupiah, yang sempat menjadi wacana beberapa tahun terakhir, kini dianggap sebagai langkah strategis untuk menjaga nilai mata uang sekaligus menyederhanakan transaksi ekonomi. Tanpa tindakan ini, analis memprediksi tekanan pada rupiah akan terus meningkat, mengingat inflasi dan ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi.

Menurut Ekonom Senior dari Lembaga Riset Keuangan, Dr. Rini Hartono, ada beberapa faktor utama yang membuat rupiah rentan terhadap pelemahan. “Pertama, defisit neraca transaksi berjalan yang masih cukup besar. Kedua, ketergantungan Indonesia terhadap impor energi dan barang modal. Ketiga, capital outflow akibat kenaikan suku bunga global. Jika kondisi ini berlanjut, tidak menutup kemungkinan rupiah menyentuh Rp20.000 per dolar AS,” ujarnya.

Bank Indonesia sendiri menegaskan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap menjadi prioritas utama. Melalui intervensi pasar, pengaturan suku bunga, dan koordinasi dengan pemerintah, BI berupaya menahan pelemahan mata uang. Namun, BI juga menekankan bahwa solusi struktural seperti redenominasi diperlukan untuk menghadapi tantangan jangka panjang.

Redenominasi rupiah sendiri merupakan proses penyesuaian nominal mata uang dengan mengurangi nol pada pecahan rupiah. Misalnya, Rp10.000 akan menjadi Rp10. Langkah ini dinilai mampu menyederhanakan transaksi, meningkatkan efisiensi sistem pembayaran, dan memperkuat citra rupiah di mata investor global.

Meskipun potensi manfaatnya besar, wacana redenominasi rupiah kerap menghadapi resistensi publik. Kekhawatiran utama masyarakat adalah inflasi, kebingungan dalam transaksi, dan dampak psikologis terhadap daya beli. Namun, para ekonom menekankan bahwa redenominasi bukan berarti inflasi otomatis meningkat. “Redenominasi murni perubahan nominal. Selama komunikasi dan implementasi dilakukan dengan baik, masyarakat tidak akan merasa terbebani,” jelas Dr. Rini.

Tekanan terhadap rupiah juga didorong oleh dinamika global. Penguatan dolar AS akibat kebijakan moneter The Fed, ketegangan geopolitik, dan harga komoditas yang fluktuatif turut memperbesar volatilitas mata uang domestik. Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar rupiah memang terus bergerak melemah, meski BI telah melakukan beberapa intervensi strategis di pasar.

Pakar keuangan, Adrian Sutanto, menekankan pentingnya langkah preventif. “Jika kita menunggu sampai rupiah benar-benar menembus Rp20.000 per dolar AS, dampaknya akan lebih besar, termasuk pada biaya impor, harga bahan baku, dan daya beli masyarakat. Redenominasi bukan hanya tentang nominal, tapi juga soal menjaga kredibilitas ekonomi Indonesia di mata internasional,” kata Adrian.

Selain redenominasi, pemerintah juga terus mendorong stabilitas makroekonomi melalui berbagai kebijakan fiskal dan ekonomi. Subsidi energi, penguatan ekspor, dan insentif bagi investasi menjadi upaya pemerintah menyeimbangkan defisit transaksi berjalan dan mengurangi tekanan pada rupiah. Namun, langkah-langkah ini dinilai tidak cukup efektif jika masalah struktural seperti denominasi mata uang tidak diselesaikan.

Di kalangan investor, ketidakpastian nilai tukar seringkali menjadi faktor penentu keputusan investasi. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS dapat mendorong capital flight, di mana investor lebih memilih aset dalam dolar yang relatif stabil. Hal ini semakin memperkuat argumen bahwa redenominasi perlu segera dibahas secara serius dan disosialisasikan kepada publik.

Sementara itu, masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan memahami bahwa fluktuasi nilai tukar merupakan hal wajar dalam ekonomi global. Bank Indonesia menekankan bahwa upaya stabilisasi tetap dilakukan secara intensif, termasuk melalui cadangan devisa yang cukup besar dan strategi intervensi yang tepat.

Prediksi menembusnya Rp20.000 per dolar AS menjadi peringatan bagi pemerintah dan otoritas keuangan untuk segera mengambil langkah strategis. Redenominasi rupiah, jika dilakukan secara tepat, bukan hanya dapat mencegah pelemahan lebih dalam, tetapi juga memberi sinyal positif kepada pasar internasional bahwa Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang kuat dan mampu menghadapi tantangan global.

Dengan tekanan ekonomi global yang semakin kompleks, keputusan mengenai redenominasi rupiah kini menjadi salah satu isu penting yang menentukan arah stabilitas moneter Indonesia. Kecepatan dan ketepatan kebijakan ini diyakini akan menjadi penentu apakah rupiah mampu bertahan atau justru menembus angka kritis Rp20.000 per dolar AS.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved