Rupiah Berpotensi Terus Melemah dalam Imbas Sentimen Pemilu AS
Tanggal: 24 Jul 2024 21:16 wib.
Rupiah di prediksi akan terus mengalami pelemahan nilai tukar dalam beberapa waktu ke depan. Menurut Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, rupiah berpotensi terdepresiasi pada kisaran Rp 16.160 hingga Rp 16.280 per dolar AS. Faktor yang menyebabkan pelemahan ini, salah satunya adalah perolehan suara Kamala Harris yang mulai mengungguli Donald Trump dalam beberapa polling.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.10 WIB, rupiah tercatat berada pada level Rp 16.223 per dolar AS, menandai kenaikan 9,50 poin atau sebesar 0,06%. Diperkirakan beberapa faktor lain yang mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah seperti hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) yang mencatatkan peningkatan incoming bids (penawaran masuk) serta potensi perdamaian di Gaza dan penurunan harga minyak dunia.
Fikri juga menambahkan bahwa peluang pelemahan rupiah hingga akhir tahun nanti dapat terjadi jika neraca transaksi berjalan Indonesia berbalik positif pada kuartal IV 2024 dan defisit fiskal tetap dapat terjaga di bawah 2,7% hingga akhir 2024. Faktor lainnya adalah penurunan Fed Rate sebesar 50 basis poin atau bahkan lebih, potensi menurunnya tensi geopolitik global, dan penurunan signifikan di Amerika Serikat.
Di sisi lain, pengamat pasar uang Ariston Tjendra melihat bahwa indeks dolar AS pada pagi hari ini terlihat menguat pada kisaran 104,47, yang lebih kuat dibandingkan sebelumnya pada kisaran 104,20-an. Ariston menilai hal ini kemungkinan masih terjadi karena sentimen pemilu Presiden AS yang lebih mengunggulkan Trump. Hal ini terkait dengan kebijakan proteksionisme ekonomi AS yang diterapkan Trump yang memicu perang dagang dengan negara lain.
Lebih lanjut, Ariston memprediksi bahwa rupiah memiliki potensi untuk melemah terhadap dolar AS dengan perkiraan mencapai Rp 16.250 per dolar AS dan dapat berbalik ke Rp 16.000 pada tahun ini jika The Fed memangkas suku bunganya. Sementara itu, analis pasar keuangan Lukman Leong memproyeksikan bahwa rupiah akan tetap dalam tekanan dolar AS yang kuat oleh permintaan safe haven, terutama di tengah perkembangan politik di AS.