Rupiah Bangkit Usai Mati Suri: Ada Andil Sri Mulyani, Kubu Prabowo-AS
Tanggal: 29 Jun 2024 14:21 wib.
Nilai tukar rupiah akhirnya mampu menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini setelah terus menerus ambruk. Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah ditutup di Rp 16.370 per US$1 atau menguat 0,15% pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (28/6/2024). Penguatan ini memperpanjang tren positif rupiah menjadi dua hari beruntun.
Dalam sepekan nilai tukar rupiah menguat 0,46% pekan ini. Penguatan ini menghapus catatan buruk mata uang Garuda yang ambruk dalam dua pekan beruntun sebelumnya.
Nilai tukar rupiah sempat ambruk mendekati level Rp 16.500 pada pekan sebelumnya atau terlemah sejak pandemi Covid-19. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran banyak pihak, termasuk pemerintah.
Sejumlah faktor menjadi penyebab ambruknya rupiah mulai dari capital outflow, kebijakan suku bunga di AS, hingga kekhawatiran investor mengenai kebijakan fiskal pemerintah berikutnya di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah defisit anggaran yang dikhawatirkan bisa melewati batas ketentuan yakni 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga rasio utang yang ditakutkan membengkak ke atas 60% dari PDB.
Menanggapi kekhawatiran investor, pemerintah dan kubu Prabowo menggelar konferensi pers. Pemerintah dalam hal ini diwakili Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Kubu Prabowo diwakili Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka, Thomas Djiwandono.
Baik pemerintah maupun kubu Prabowo, tidak akan membuat rasio utang APBN pada 2025 melonjak hingga 50%. "APBN 2024 dijaga defisit di bawah 3% PDB. Ini komitmen yang sama dan sudah kami sampaikan pada Presiden terpilih Prabowo beliau berikan jaminan arahan bahwa dia komitmen terhadap defisit di bawah 3%," papar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Senin (24/6/2024).
Thomas juga menegaskan defisit RAPBN 2025 masih akan jauh di bawah batas aman rasio utang terhadap PDB sesuai Undang-Undang Keuangan Negara. "Rasio utang terhadap PDB yang pernah mungkin beberapa minggu lalu disebut di atas 50% itu tak mungkin," kata Thomas.
Data ekonomi AS yang mendukung juga membuat gejolak bisa ditekan. Data ekonomi salah satunya datang dari inflasi pengeluaran konsumsi pribadi warga AS atau PCE. AS pada Jumat (28/6/2024) mengumumkan inflasi PCE Amerika Serikat melandai ke 2,6% (year on year/yoy) pada Mei 2024, dari 2,7% (yoy) pada April 2024. Inflasi inti PCE - di luar bahan bakar dan makanan- melandai ke 2,6% (yoy) pada Mei 2024 dan 2,8% (yoy) pada April 2024.
Inflasi PCE adalah dasar pertimbangan utama bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Gejolak global yang sedikit mereda pekan ini juga ikut menopang rupiah dan mata uang lain. Sebagian mata uang Asia juga menguat pada pekan ini. Namun, di antaranya tetap ambruk seperti yen dan Baht.
Penguatan rupiah dalam dua hari beruntun menjadi hal positif dalam mengamankan nilai ekonomi. Dengan diketahuinya kebijakan fiskal yang cermat dan terukur, investor dapat sedikit lebih tenang dan mulai mengalihkan perhatian pada instrumen-instrumen keuangan yang tersedia. Kondisi ini juga bisa memberikan keuntungan tambahan bagi perekonomian Indonesia dalam menarik investor asing dan mengurangi risiko volatilitas mata uang asing di pasar domestik. Menariknya, penguatan rupiah juga menjadi indikasi positif bahwa ekspor dan impor Indonesia dapat mengalami perbaikan, mengingat sebagian besar transaksi perdagangan internasional dilakukan dalam mata uang asing, terutama dolar AS.
Dukungan terhadap menteri keuangan dan koordinator perekonomian dalam menegaskan komitmen untuk menjaga defisit anggaran di bawah 3% PDB juga memberikan kepercayaan lebih bagi pelaku pasar dalam melihat stabilitas ekonomi Indonesia ke depan. Hal ini akan turut memperkuat nilai tukar rupiah serta menjaga kestabilan ekonomi nasional di masa yang akan datang.
Tentunya, langkah-langkah kebijakan dan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi tidak boleh hanya terbatas pada pernyataan belaka, tetapi harus diimbangi dengan langkah konkret dan program pengelolaan fiskal yang terukur serta tepat sasaran. Dalam hal ini, kerja sama lintas sektoral antara pemerintah dan para pemangku kepentingan di sektor ekonomi akan menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Penguatan rupiah yang berhasil menghentikan penurunan nilainya terhadap dolar AS juga menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah dan ketegasan dalam menjaga prinsip-prinsip fiskal negara dapat memberikan dampak positif bagi nilai tukar rupiah dan stabilitas ekonomi Indonesia. Di samping itu, perlu adanya komunikasi yang transparan antara pemerintah dan publik mengenai langkah-langkah yang diambil dalam menghadapi gejolak ekonomi global yang dapat mempengaruhi nilaitukar rupiah.