Sumber foto: Google

Rupiah Ambruk Lagi, Kini Jadi Rp16.332 Per Dolar AS

Tanggal: 12 Feb 2025 06:43 wib.
Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (10/2/2025). Rupiah tercatat melemah 49 poin atau 0,30 persen, sehingga berada di level Rp16.332 per dolar AS.

Menurut pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, salah satu faktor utama yang menyebabkan rupiah melemah adalah kondisi ketenagakerjaan di AS yang masih solid. Laporan terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di AS pada Januari 2025 turun menjadi 4 persen dari sebelumnya 4,1 persen. Selain itu, kenaikan upah pekerja di AS naik 0,5 persen, yang membuat daya beli masyarakat tetap kuat.

Tak hanya itu, ekspektasi inflasi di AS juga meningkat menjadi 4,3 persen dari sebelumnya 3,3 persen. Hal ini semakin memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menunda pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Dengan kondisi ekonomi AS yang masih kuat, investor cenderung menahan aset dalam bentuk dolar AS dibandingkan mata uang lain, termasuk rupiah. Jika The Fed tetap mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, maka mata uang negara berkembang seperti rupiah akan semakin tertekan.

Sebelumnya, pasar sempat berharap bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga guna meredam perlambatan ekonomi global. Namun, data ekonomi AS yang terus menunjukkan ketahanan justru membuat bank sentral AS berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Ariston menjelaskan bahwa tekanan terhadap rupiah kemungkinan masih berlanjut dalam beberapa hari ke depan, terutama jika dolar AS terus menguat. Selain faktor eksternal, rupiah juga terdampak oleh kondisi dalam negeri, seperti:


Defisit neraca perdagangan yang masih menjadi perhatian.
Permintaan dolar yang tinggi dari pelaku pasar untuk kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri.
Ketidakpastian politik dan ekonomi di tahun awal pemerintahan baru, yang membuat investor lebih berhati-hati.


Namun, Ariston menambahkan bahwa Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan melakukan intervensi di pasar valas untuk menjaga stabilitas rupiah. Selain itu, upaya pemerintah dalam menarik investasi asing dan memperbaiki fundamental ekonomi juga diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi mata uang Garuda.

Dengan pelemahan rupiah yang terus berlanjut, masyarakat disarankan untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan, terutama bagi mereka yang memiliki kebutuhan terkait valuta asing, seperti:


Pebisnis impor: Perlu menyesuaikan strategi bisnis untuk mengurangi risiko lonjakan biaya impor.
Investor: Bisa mempertimbangkan diversifikasi investasi ke aset yang lebih tahan terhadap pelemahan rupiah, seperti emas atau obligasi pemerintah.
Masyarakat umum: Menjaga pengeluaran dan tidak terlalu bergantung pada barang impor yang semakin mahal akibat depresiasi rupiah.


Pelemahan rupiah menjadi Rp16.332 per dolar AS disebabkan oleh kondisi ekonomi AS yang masih kuat, terutama di sektor ketenagakerjaan dan inflasi. Dampak dari kebijakan The Fed yang kemungkinan menunda pemangkasan suku bunga semakin memperberat tekanan terhadap rupiah.

Ke depan, stabilitas rupiah akan sangat bergantung pada intervensi Bank Indonesia dan kebijakan ekonomi pemerintah dalam menjaga kepercayaan investor. Masyarakat dan pelaku usaha pun perlu lebih cermat dalam menyikapi fluktuasi nilai tukar agar tidak terdampak terlalu besar oleh pelemahan rupiah ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved