Sumber foto: iStock

RI Punya Sumber Duit Baru Namanya Kratom, Bisa Cuan Rp90 Juta/Kg

Tanggal: 18 Sep 2024 05:10 wib.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenkopUKM) Teten Masduki mendorong hilirisasi dalam pengembangan aneka produk dari kratom. Produktivitas kratom sangat potensial untuk dikembangkan, bahkan bisa meraup cuan hingga Rp90 juta per kilogram (Kg).

Teten menjelaskan bahwa kratom telah ditetapkan sebagai herbal dalam rapat kabinet. Herbal ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan untuk industri makanan minuman (F&B), farmasi, dan kesehatan. Namun sayangnya, hingga saat ini, kratom hanya dijual dalam bentuk bahan mentah, padahal potensi hilirisasi hingga ke ekstraknya sangat besar. Saat ini, harga ekstrak kratom mencapai sekitar US$6.000 per kg atau sekitar Rp90 juta dengan nilai tukar dolar sekitar Rp15.000. Teten mencatat bahwa teknologi untuk alat produksi hilirisasi tersebut juga terbilang tidak mahal dan mudah didapat.

Menanggapi hal ini, Teten menuturkan, "Teknologi tersebut tidak sulit dan tidak mahal. Nanti kita akan mencari solusi bersama, apakah kita ingin membangun rumah produksi bersama lagi, atau para pelaku usaha mandiri yang akan membangunnya. Hingga saat ini, India dan Amerika Serikat sudah memanfaatkan teknologi hilirisasi ini."

Teten juga menjelaskan bahwa untuk membangun satu pabrik hilirisasi pengolahan kratom menjadi ekstraksi, diperlukan biaya sekitar Rp10 miliar, dengan harga alat produksi ekstraksi hanya sekitar Rp3,5 miliar. Potensi pasar yang besar terlihat di Eropa dan Amerika. Teten menegaskan, bahwa pihaknya ingin melakukan hilirisasi sumber daya alam, termasuk hasil perkebunan, pertanian, dan komoditas laut, sehingga dapat menjadi bahan setengah jadi untuk disupply ke industri. Dari ekstrak kratom, bisa dikembangkan produk-produk seperti minuman energi.

Teten juga memastikan, bahwa tanaman herbal kratom aman dan tidak masuk ke dalam kategori narkotika golongan I. Dia menjelaskan bahwa larangan impor kratom ke Amerika Serikat bukan disebabkan oleh status kratom sebagai narkotika, melainkan karena adanya bakteri E. Coli.

Teten optimistis bahwa hilirisasi produk kratom dapat dilakukan, terutama setelah Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) melakukan riset yang cukup mendalam. Hal ini juga bisa menjadi bahan baku bagi supply chain industri farmasi, makanan dan minuman, serta sektor-sektor lainnya. Dalam keterangan tertulis sebelumnya, Teten menyebut bahwa permintaan kratom di dunia semakin meningkat. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa nilai ekspor kratom selalu mengalami pertumbuhan dengan tren sebesar 15,92% per tahun sejak 2019.

Salah satu negara tujuan ekspor utama kratom Indonesia adalah Amerika Serikat, dengan porsi AS mencapai 4,86 juta dolar AS atau 66,30 persen dari total ekspor kratom Indonesia pada periode Januari-Mei 2023. Teten menekankan pentingnya agar negara lain tidak mengambil potensi besar dan keuntungan dari kratom ini.

CEO Koperasi Koprabuh Indonesia, Yohanis Walean, mengatakan bahwa produk kratom sudah masuk kategori herbal dan legal untuk diekspor, dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Ia menyebut kratom sebagai "Emas Hijau" yang memiliki potensi jauh lebih besar dari produk Sawit. Yohanis juga mengungkapkan bahwa penanaman kratom tidak memerlukan proses yang rumit, dengan syarat utama adalah adanya sumber air, seperti daerah aliran sungai, rawa, dan tepi danau. Pohon kratom juga mampu bertahan meskipun terendam banjir selama tigabulan.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved