Sumber foto: google

RI Mengimpor BBM dari Malaysia & Singapura, Ini Penjelasannya

Tanggal: 23 Apr 2024 09:48 wib.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengungkapkan alasan di balik tingginya impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dari negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Menurut Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas, Mustika Pertiwi, impor BBM dari kedua negara tersebut disebabkan oleh banyaknya fasilitas pencampuran (blending) berbagai kualitas BBM yang diproduksi dari kilang di berbagai negara. Hal ini membuat produk BBM sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan Indonesia. 

Menurut laporan terbaru, Indonesia terkait erat dengan Singapura dalam hal impor minyak mentah dan bensin. Singapura merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia dalam hal minyak mentah, dengan jumlah impor sekitar 18,9 juta barel tiap bulan selama 2019. Di sisi lain, impor bensin dari Malaysia selama periode yang sama juga cukup signifikan.

Sebagai contoh, BBM Pertalite (RON 90) memiliki spesifikasi yang berbeda dengan BBM yang dijual di negara-negara lain. Singapura dan Malaysia juga mengekspor BBM ke negara-negara Asia Tenggara lainnya dan Australia, bukan hanya ke Indonesia.

Selain alasan tersebut, produksi minyak nasional saat ini hanya mencapai sekitar 600 ribu barel per hari (bph), sedangkan kebutuhan mencapai 840 ribu bph. Kekurangan tersebut harus ditutupi melalui impor.

Menurut Mustika, ketergantungan Indonesia pada impor BBM dari Malaysia dan Singapura juga disebabkan oleh infrastruktur yang belum memadai. Kilang dalam negeri yang dimiliki oleh Pertamina masih mengalami kendala yang menyebabkan produksi minyak tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Untuk mengurangi ketergantungan pada impor, pemerintah Indonesia telah merencanakan untuk memperbaiki infrastruktur kilang dan meningkatkan produksi minyak nasional. Hal ini diharapkan dapat mengurangi jumlah impor BBM dalam jangka panjang.

Selain itu, pemerintah juga sedang mengembangkan program pencampuran biodiesel (B20) dengan harapan dapat mengurangi impor BBM dan meningkatkan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan.

Meskipun Indonesia masih bergantung pada impor BBM, langkah-langkah tersebut menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Berbagai alasan di balik tingginya impor BBM dari Malaysia dan Singapura menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam mencapai kemandirian energi. Namun, dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, diharapkan kedaulatan energi Indonesia dapat tercapai dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Pasca penjelasan yang disampaikan, tampaknya wacana ini menimbulkan berbagai opini di kalangan masyarakat. Ada yang menyayangkan tingginya ketergantungan Indonesia pada impor BBM, sementara yang lain menganggapnya sebagai langkah yang sangat realistis dalam upaya memenuhi kebutuhan energi negara yang terus berkembang. Hal ini menunjukkan perlunya diskusi yang lebih mendalam mengenai bagaimana Indonesia dapat mencapai kemandirian energi.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa langkah-langkah pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur kilang dan mengembangkan program pencampuran biodiesel merupakan langkah yang positif. Namun, upaya tersebut harus didukung oleh berbagai pihak terkait, termasuk pelaku usaha dan masyarakat, agar dapat berjalan dengan lancar dan memberikan dampak positif dalam jangka panjang.

Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan juga evaluasi terhadap kebijakan energi yang ada serta kebijakan impor BBM agar dapat menyesuaikan dengan dinamika pasar internasional. Dalam hal ini, peran Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang tepat guna menjaga stabilitas pasokan energi dalam negeri.

Di samping itu, menjadi penting juga untuk terus mendorong inovasi dan pengembangan energi terbarukan sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Indonesia memiliki potensi besar dalam hal energi terbarukan, seperti panas bumi, tenaga surya, dan angin, yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

Upaya menuju kemandirian energi haruslah menjadi komitmen bersama seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, perlunya kesadaran akan pentingnya penggunaan bahan bakar ramah lingkungan juga merupakan bagian dari solusi menyongsong masa depan energi Indonesia yang berkelanjutan. Menjadi tugas kita bersama untuk menjaga dan mengelola sumber daya energi negara dengan bijak demi keberlanjutan dan kedaulatan energi Indonesia di masa mendatang. 

Kesadaran dan kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kuncinya. Karena, mencapai kemandirian energi bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan pula hal yang mustahil dilakukan. Dengan langkah-langkah nyata, kesadaran akan pentingnya energi berkelanjutan, serta kerja sama yang sinergis, Indonesia dapat menuju arah yang lebih baik dalam mencapai kemandirian energi di masa depan. Dengan demikian, generasi mendatang dapat menikmati keberlanjutan energi yang lestari dan berkelanjutan. 

 

.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved