Sumber foto: Google

RI Konsisten Raup Surplus Dagang dari AS, Tapi Tarif Trump Jadi Ancaman Baru

Tanggal: 6 Apr 2025 21:19 wib.
Tampang.com | Selama periode 2020 hingga 2024, neraca perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat menunjukkan tren positif bagi Indonesia. Negeri Paman Sam secara konsisten menjadi salah satu pasar ekspor terbesar bagi produk-produk Indonesia, khususnya sektor nonmigas. Namun, dinamika global dan kebijakan baru dari pemerintah AS berpotensi mengubah peta perdagangan kedua negara.


Ekspor dan Impor Fluktuatif, Tapi Surplus Tetap Terjaga

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke AS mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Meski begitu, Indonesia selalu mencatatkan surplus perdagangan terhadap AS selama lima tahun terakhir:



2020: Ekspor $18,62 miliar | Impor $8,58 miliar | Surplus $10,04 miliar


2021: Ekspor $25,77 miliar | Impor $11,24 miliar | Surplus $14,52 miliar


2022: Ekspor $28,18 miliar | Impor $11,61 miliar | Surplus $16,57 miliar


2023: Ekspor $23,53 miliar | Impor $11,27 miliar | Surplus $11,97 miliar


2024: Surplus tercatat sebesar $16,84 miliar, menjadikan AS kontributor terbesar terhadap surplus neraca dagang Indonesia tahun itu.




Apa Saja yang Diekspor dan Diimpor?

AS menjadi pasar utama bagi sejumlah komoditas andalan ekspor Indonesia, seperti:



Tekstil dan produk tekstil (pakaian, kain)


Alas kaki (sepatu, sandal)


Elektronik (komponen dan perangkat listrik)


Karet dan produk turunannya (termasuk ban)


Mebel (furnitur kayu dan rotan)



Sementara itu, produk-produk yang diimpor Indonesia dari AS meliputi:



Mesin dan peralatan industri


Produk pertanian (kedelai, gandum)


Elektronika


Bahan kimia


Pesawat terbang dan suku cadangnya




Kebijakan Tarif Resiprokal Trump Jadi Sorotan

Meski kinerja perdagangan RI-AS cukup kuat, ancaman tarif impor dari AS mulai membayangi. Presiden Donald Trump pada awal April 2025 mengumumkan kebijakan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia. Tarif baru sebesar 32 persen dikenakan untuk produk dari Indonesia, sebagai bagian dari upaya mengurangi defisit perdagangan AS.

Kebijakan ini memicu kekhawatiran, terutama karena:



Tarif tinggi bisa menurunkan volume ekspor Indonesia, terutama dari sektor yang terdampak langsung.


Pasar saham AS langsung terpukul, dengan indeks S&P 500 anjlok lebih dari 15% sejak puncaknya pada Februari 2025.


Perusahaan multinasional seperti Nike dan Apple mengalami penurunan tajam nilai saham, karena terganggunya rantai pasok global.




Langkah Strategis Indonesia: Lobi dan Diversifikasi

Menanggapi ancaman ini, pemerintah Indonesia mengirimkan tim lobi tingkat tinggi ke AS untuk membuka jalur negosiasi dan menekan dampak kebijakan Trump. Selain itu, sejumlah strategi mulai disiapkan, antara lain:



Diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara nontradisional


Meningkatkan daya saing produk dalam negeri


Menjajaki kesepakatan perdagangan bilateral yang saling menguntungkan




Kesimpulan: Kinerja Positif Tak Boleh Lengah

Indonesia boleh bangga dengan capaian surplus neraca dagang terhadap AS yang terus terjaga dalam lima tahun terakhir. Namun, tantangan baru seperti kebijakan tarif AS menuntut kewaspadaan dan respons cepat. Stabilitas dan pertumbuhan perdagangan Indonesia ke depan bergantung pada adaptasi yang gesit dan strategi diplomasi ekonomi yang kuat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved