Sumber foto: Grid.id

Respons Bos Allo Bank (BBHI) Soal Kabar BUKA Mau Divestasi Saham

Tanggal: 8 Okt 2024 19:24 wib.
Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) atau Allo Bank Indra Utoyo mengungkapkan bahwa perusahaan belum menerima informasi terkait rencana salah satu pemegang sahamnya, PT Bukalapak Tbk (BUKA), untuk melepas kepemilikannya.

"Kami belum mengetahui adanya rencana perseroan melakukan divestasi saham BBHI," ujar Indra dalam konfirmasinya pada Senin (7/10/2024).

Informasi dari pelaku pasar mengindikasikan bahwa BUKA bermaksud melepas seluruh kepemilikan sahamnya dalam BBHI. Data dari Bursa Efek Indonesia mencatat bahwa saat ini BUKA memiliki 11,49% saham BBHI.

Selain kabar mengenai divestasi tersebut, BUKA sendiri sedang dalam proses akuisisi oleh perusahaan lokal, yaitu marketplace asal China, Temu.

Dengan rencana masuk ke pasar Indonesia, Temu dihadapkan pada resistensi dari pemerintah karena adanya kekhawatiran bahwa masuknya barang-barang dari China akan berdampak negatif terhadap ekosistem UKM domestik. Dengan memperoleh Bukalapak (BUKA) dianggap sebagai langkah yang paling strategis bagi Temu untuk merambah pasar domestik.

Bloomberg Technoz telah mencoba mengonfirmasi rumor tersebut kepada Bukalapak, namun hingga saat ini belum ada tanggapan yang diberikan.

Pada sesi perdagangan hari itu, saham BUKA sempat melonjak lebih dari 30% dan mencapai level 153, sebelum ditutup pada posisi Rp147, mencerminkan peningkatan sebesar 27,83% yang membuat nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp14,85 triliun.

Kenaikan tersebut terjadi setelah sebanyak 4,02 miliar saham diperdagangkan dengan nilai total mencapai Rp572,7 miliar, dengan frekuensi perdagangan mencapai 46.077 kali.

Menurut pernyataan Indra Utoyo, Allo Bank masih belum memiliki informasi terkait rencana divestasi saham yang dilakukan oleh PT Bukalapak Tbk. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di kalangan pelaku pasar, terutama bagi pemegang saham BBHI.

Di sisi lain, kabar mengenai rencana akuisisi Bukalapak oleh perusahaan China, Temu, juga menjadi sorotan utama dalam industri pasar modal. Temu nampaknya tertarik untuk memasuki pasar Indonesia, namun rencana ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap ekosistem UKM domestik.

Sejumlah pihak pun memberikan tanggapannya terkait kabar tersebut. Menurut analis pasar modal, langkah BUKA dalam melepas saham BBHI dapat memberikan tekanan negatif terhadap harga saham BBHI dalam jangka pendek, terlebih jika proses divestasi tidak dilakukan dengan transparan.

Seiring dengan itu, BUKA yang sedang diperbincangkan terkait rencana akuisisi oleh Temu, tampaknya juga akan memberikan dampak signifikan bagi pasar modal. Penarikan kepemilikan perusahaan asing atas Bukalapak dapat mempengaruhi posisi persaingan di pasar e-commerce Indonesia.

Tak hanya itu, penarikan kepemilikan BUKA dalam BBHI juga dapat berdampak pada kinerja finansial Allo Bank. Mengingat keterlibatan BUKA sebagai salah satu pemegang saham utama, potensi penurunan harga saham BBHI dapat mempengaruhi nilai investasi Allo Bank.

Dalam hal ini, pemerintah dituntut untuk turut mengawasi perkembangan ini, sekaligus memastikan bahwa penarikan kepemilikan saham oleh perusahaan asing tidak merugikan ekonomi domestik, terutama dalam mendukung pertumbuhan UKM.

Meski begitu, investor dan analis pasar tampaknya juga harus bersiap menghadapi ketidakpastian yang timbul akibat kabar divestasi BUKA serta rencana akuisisi oleh perusahaan China. Ketidakpastian ini dapat memengaruhi pergerakan harga saham di pasar modal dalam waktu yang tidak dapat diprediksi secara pasti.

Kedua kabar tersebut dapat memberikan dampak yang signifikan, baik bagi sektor perbankan maupun industri e-commerce Indonesia, di mana kedua sektor tersebut saling terkait satu sama lain.

Secara keseluruhan, isu-isu terkait divestasi saham BUKA dan akuisisi oleh Temu dari China melahirkan ketidakpastian di pasar modal. Dengan berbagai potensi dampak yang timbul, para pelaku pasar diharapkan dapat terus memantau pergerakan saham dan berinvestasi dengan berhati-hati.

Dengan adanya ketidakpastian ini, keberadaan regulator pasar modal, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), juga diharapkan untuk memainkan peran yang penting dalam memastikan kelancaran transparansi dan keamanan di pasar modal. Aksi yang tepat dari para regulator dapat membantu mengurangi gejolak yang timbul akibat isu-isu ini, sehingga kondisi pasar modal tetap stabil dan terjaga.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved