Ramai Kabar PHK Massal di Sektor Ritel, Tanda Industri Konsumer Perlu Adaptasi Baru?
Tanggal: 20 Mei 2025 21:25 wib.
Tampang.com | Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali melanda sektor ritel Indonesia di awal 2025. Sejumlah jaringan toko besar diketahui telah menutup beberapa gerai dan merumahkan ratusan karyawan. Fenomena ini kembali memicu kekhawatiran terhadap keberlanjutan industri konsumer nasional.
Perubahan Perilaku Konsumen Jadi Pemicu
Menurut pelaku industri, perubahan gaya belanja masyarakat yang kini lebih banyak mengandalkan e-commerce dan layanan digital membuat toko fisik kehilangan relevansi. Beban operasional yang tinggi seperti sewa tempat, listrik, dan tenaga kerja tidak sebanding dengan pemasukan yang terus menurun.
“Pengunjung makin sepi, kebanyakan orang sekarang belanja lewat HP. Padahal, biaya operasional tidak ikut turun,” ujar manajer salah satu gerai ritel yang akan tutup di Bekasi.
PHK Tak Terhindarkan, Tapi Harus Terukur
Meski PHK dianggap sebagai langkah efisiensi yang tak terhindarkan, serikat pekerja mendorong agar perusahaan melakukan proses dengan adil dan sesuai peraturan ketenagakerjaan. Mereka juga meminta pemerintah turun tangan dalam pengawasan dan penyaluran bantuan bagi para korban PHK.
Banyak karyawan yang kini terdampak mengaku bingung mencari pekerjaan baru di tengah persaingan ketat dan minimnya pelatihan ulang.
Industri Harus Beradaptasi
Pengamat ekonomi menyebut ini sebagai sinyal bahwa industri konsumer perlu adaptasi lebih cepat terhadap digitalisasi dan perubahan pola konsumsi. Beberapa brand lokal mulai melakukan transformasi dengan menguatkan lini online, membangun komunitas digital, dan memperkuat pengalaman pelanggan berbasis teknologi.
“Bukan sekadar jualan, tapi harus menciptakan nilai tambah dan loyalitas di era digital,” ujarnya.