Sumber foto: Sindonews.com

Putin Tutup Perdagangan Dolar AS, Euro, dan Hong Kong

Tanggal: 16 Jun 2024 17:21 wib.
Rusia telah memutus perdagangan dolar AS, euro, dan dolar Hong Kong di bursa saham utama negaranya sebagai respons terhadap sanksi baru dari Amerika Serikat. Langkah ini mengindikasikan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua negara. Tindakan ini diumumkan oleh Bank of Russia, yang menghentikan sesi perdagangan di pasar valuta asing, logam mulia, dan derivatif di Bursa Efek Moskow yang berkaitan dengan mata uang-mata uang tersebut. Sanksi yang diberlakukan oleh AS juga berdampak pada penyedia layanan keuangan dan bursa Moskow.

Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi terhadap bursa Moskow dan penyimpanan sekuritas sentral Rusia yang menyediakan berbagai layanan keuangan. Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, menyatakan bahwa sanksi tersebut bertujuan untuk meningkatkan risiko bagi lembaga keuangan yang berurusan dengan ekonomi perang Rusia, serta membatasi akses Rusia terhadap teknologi, peralatan, perangkat lunak, dan layanan TI asing. Langkah ini akan menghilangkan jalur penghindaran dan mengurangi kemampuan Rusia dalam mendapatkan keuntungan dari akses terhadap teknologi asing.

Dampak dari aksi Rusia tersebut juga melibatkan bank sentral negara tersebut yang mengatakan bahwa masyarakat masih dapat bertransaksi mata uang tersebut melalui bank Rusia dan simpanan tetap aman. Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, menegaskan bahwa bank sentral akan mampu menjaga stabilitas di semua pasar. Hal ini memberikan keyakinan kepada masyarakat terkait stabilitas mata uang dan keuangan di tengah tekanan sanksi yang diberlakukan oleh AS.

Selain itu, Amerika Serikat juga menetapkan sanksi terhadap lebih dari 300 entitas dan individu sebagai bagian dari upaya mengganggu jaringan dengan negara ketiga yang dapat memasok teknologi dan peralatan untuk perang Rusia di Ukraina, kecuali Tiongkok. Langkah ini diambil dalam rangka memberikan tekanan terhadap perang Rusia di Ukraina. Departemen Luar Negeri AS juga menjelaskan bahwa sanksi ini menargetkan entitas di berbagai negara seperti Tiongkok, Belarus, U.A.E, Turki, Kyrgyzstan, Moldova, dan Singapura yang telah memasok barang-barang yang mendukung perang Rusia dalam konflik di Ukraina.

Sementara itu, sikap netral Tiongkok terkait perang di Ukraina tetap menjadi penopang ekonomi bagi Rusia, yang telah memperdalam hubungan dagang antara kedua negara tersebut. Dampaknya adalah membantu stabilisasi perekonomian Rusia meskipun terdapat sanksi dari negara-negara Barat. Washington juga memberlakukan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam proyek-proyek energi Rusia, industri logam, pertambangan, serta produsen sistem senjata dan komponen militer Rusia.

Langkah yang diambil oleh Rusia tersebut menegaskan bagaimana ketegangan antara Rusia dan AS semakin meningkat, yang kemudian mempengaruhi hubungan ekonomi dan perdagangan global. Hal ini juga menunjukkan bahwa perang informasi dan ekonomi antara kedua negara tersebut semakin meluas, memperluas jangkauan sanksi yang diberlakukan baik oleh AS maupun Rusia.

Dampak dari sanksi tersebut turut dirasakan oleh negara-negara lain yang terlibat dalam perdagangan dengan Rusia, seperti Tiongkok, Belarus, UEA, Turki, Kyrgyzstan, Moldova, dan Singapura. Selain itu, adanya bursa efek yang terkena sanksi dan penyedia layanan keuangan baik di Rusia maupun negara lain juga menjadi perhatian dalam hubungan internasional dan keuangan global.

Situasi ini juga membuka peluang bagi negara-negara lain untuk memperkuat hubungan ekonomi mereka dengan Rusia atau Amerika Serikat. Hal ini memicu adanya pergeseran dalam perdagangan dan kerjasama ekonomi antarnegara, yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap struktur ekonomi global. Jika ketegangan antara Rusia dan AS terus meningkat, dampaknya juga akan dirasakan oleh negara-negara lain yang terlibat dalam hubungan dagang dan keuangan dengan kedua negara tersebut.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved