Proyek Smelter Nikel Antam-CATL di Halmahera Timur Memasuki Tahap Finalisasi Studi Kelayakan
Tanggal: 23 Jul 2024 21:04 wib.
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau yang biasa dikenal sebagai Antam, tengah menjalani tahap akhir dalam proyek smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Halmahera Timur (Haltim). Kerja sama proyek ini dilakukan bersama Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) dari China.
Direktur Utama Antam, Nico Kanter, turut membenarkan bahwa proyek bersama CATL sedang berada dalam tahap finalisasi studi kelayakan (feasibility study/FS). "Saat ini kita sedang memasuki tahap midstream, seperti persiapan lahan untuk kawasan industri. Finalisasi studi kelayakan untuk tahap midstream juga sedang berjalan lancar, dengan harapan akan berjalan dengan baik," ungkap Nico dalam kesempatan yang ditemui di kantor Kementerian Keuangan pada hari Senin (22/7/24).
Antam sebelumnya telah menandatangani perjanjian joint venture (JV) untuk proyek ekosistem baterai kendaraan listrik bersama China Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), anak perusahaan dari CATL, pada tanggal 28 Desember 2023. Antam melepaskan 49 persen kepemilikan sahamnya di PT Sumberdaya Arindo (SDA) kepada CBL. SDA sendiri memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel di kawasan Buli, Halmahera Timur.
Selain itu, Antam juga melakukan divestasi sekitar 10 persen kepemilikan sahamnya di PT Feni Haltim (FHT) kepada Hong Kong CBL Limited (HKCBL), yang juga merupakan anak perusahaan CATL. Dari kedua divestasi tersebut, Antam menargetkan perolehan dana sebesar Rp 7,23 triliun.
Nico memastikan bahwa pembangunan smelter RKEF dan HPAL di Halmahera Timur akan segera dimulai mulai tahun ini. "Kita harus menyelesaikan pembangunan RKEF dan HPAL, yang rencananya akan dimulai pada tahun ini setelah menyelesaikan perjanjian joint venture," ungkapnya saat MINDialogue di Soehanna Hall, pada hari Kamis (20/6).
Antam juga tengah berupaya menjalin kerjasama dengan mitra dari Korea Selatan untuk joint venture kedua dalam proyek ekosistem kendaraan listrik ini, dengan tujuan untuk menggaet pasar Amerika Serikat. Korea Selatan, yang telah memiliki Free Trade Agreement (FTA) dengan Amerika Serikat, diharapkan dapat memberikan keuntungan dalam menghadapi aturan Inflation Regulation Act (IRA).
Selain fokus pada sektor hulu (upstream) dan midstream, proyek megaproyek ini juga mencakup sektor hilir (downstream). Antam akan berkolaborasi dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta HKCBL.
Nico mengungkapkan bahwa total investasi Antam dalam proyek tersebut mencapai USD 6,87 miliar atau sekitar Rp 113 triliun. Proyek ini mencakup produksi nikel sulfat, precursor, dan katoda sebagai material baterai, serta produksi baterai sel, dan proses daur ulang baterai.