PR Besar Ekonomi Indonesia: Swasembada Pangan dan Energi
Tanggal: 13 Agu 2024 08:44 wib.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05% pada kuartal II-2024. Meskipun angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura dan Tiongkok, namun pertumbuhan ekonomi tersebut masih dipersepsikan belum cukup aman untuk masa depan.
Menurut Senior Economist dari UOB, Enrico Tanuwidjaja, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa didorong dengan optimalisasi sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang perlu diselesaikan. Diantaranya adalah swasembada pangan dan energi, serta reformasi dalam struktur ekonomi yang memungkinkan untuk dilakukan tanpa ketergantungan pada impor.
Menurutnya, pengelolaan sumber daya alam dan kemudian diolah menjadi produk jadi dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian. Hal ini tentunya memiliki dampak yang besar terhadap kestabilan ekonomi Indonesia.
Tanuwidjaja menegaskan bahwa struktur ekonomi, termasuk dalam hal ekspor, harus didorong untuk melakukan pengolahan barang sebanyak mungkin sebelum diekspor. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut dapat mendatangkan keuntungan ekonomi dan meningkatkan keuletan ekonomi nasional."Melalui pengelolaan struktur ekonomi, kita dapat menghasilkan barang-barang yang memiliki nilai tambah tinggi. Hal ini akan mendorong perekonomian kita. Kestabilan ekonomi adalah hal yang positif," ujarnya.
Dalam konteks ini, perbaikan struktur ekonomi menjadi hal yang sangat penting. Contohnya adalah dengan mengolah sendiri bahan baku plastik dan bidang perabotan. Tanuwidjaja mencontohkan bahwa hasil produksi perabotan kayu, misalnya, dapat mendatangkan pendapatan yang besar apabila bahan baku lokal digunakan untuk membuatnya."Pengolahan bahan baku lokal menjadi produk akhir memiliki potensi besar dalam meningkatkan perekonomian kita. Hal ini harus terus digenjot untuk keberlangsungan perekonomian yang kokoh," tuturnya.
PR besar dalam hal impor barang dengan nilai tinggi juga menjadi fokus. Tingginya impor barang tersebut menyebabkan pelemahan mata uang Rupiah, sehingga penurunan impor yang signifikan diperlukan."Salah satu contoh adalah penurunan impor alat transportasi, mesin, dan peralatan. Dalam hal farmasi, kita dapat belajar dari India dalam hal replikasi obat generik. Swasembada dalam hal ini menjadi sangat penting," tambahnya.
Setelah reformasi struktur ekonomi, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mencapai swasembada. Swasembada pangan dan energi memiliki peran yang sangat sentral dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, struktur ini harus direformasi."Swasembada pangan dan energi memiliki peranan yang sangat penting sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, struktur ini harus terus ditingkatkan," ungkapnya.
Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) juga menjadi perhatian utama UOB. UMKM masih menjadi tulang punggung dari perekonomian nasional, dan keberlanjutannya harus bisa dijaga oleh seluruh pihak, bukan hanya pemerintah maupun lembaga keuangan.
UOB mencatat bahwa hampir 97% pendapatan masyarakat terkait dengan bisnis UMKM. Namun, kendala-kendala seperti akses pembiayaan dan kompleksitas regulasi tetap menjadi tantangan dalam pengembangan UMKM.
Meski masih dihadapkan pada berbagai hambatan, UOB melihat bahwa kontribusi UMKM terhadap perekonomian sangat besar, seperti yang terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap stabil di atas 5%.
Dari data-data yang disampaikan oleh Senior Economist UOB Enrico Tanuwidjaja, jelas bahwa perekonomian Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Melalui optimalisasi swasembada pangan dan energi serta reformasi dalam struktur ekonomi, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, peran UMKM sebagai tulang punggung perekonomian perlu lebih diperhatikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.