Perang Dagang AS-Uni Eropa Memanas: Trump Berlakukan Tarif Baru
Tanggal: 13 Mar 2025 17:31 wib.
Tampang.com | Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali memicu ketegangan perdagangan global dengan memberlakukan tarif tinggi terhadap impor baja dan aluminium. Keputusan ini langsung mendapat respons keras dari Uni Eropa (UE) dan Kanada, yang siap menerapkan tarif balasan.
"Apa pun yang mereka kenakan kepada kami, kami akan mengenakannya kepada mereka," tegas Trump, menanggapi ancaman balasan dari negara-negara mitra dagang.
Uni Eropa mengumumkan tarif baru terhadap barang-barang AS senilai USD 26 miliar (Rp 441 triliun), yang akan diberlakukan sebagian pada 1 April dan sepenuhnya mulai 13 April 2025. Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menyebut langkah AS ini merugikan dunia usaha dan konsumen.
"Tarif mengganggu rantai pasokan, menciptakan ketidakpastian, dan meningkatkan harga," ujar Von der Leyen, seraya menegaskan bahwa Uni Eropa tetap terbuka untuk negosiasi.
Trump Ingin Lindungi Industri Dalam Negeri
Trump berharap kebijakan ini akan meningkatkan produksi baja dan aluminium di AS. Namun, kebijakan tersebut dikritik karena dinilai justru akan meningkatkan harga bagi konsumen dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Bahkan, setelah kebijakan ini diumumkan pada 10 dan 11 Maret, pasar saham AS mengalami penurunan, memunculkan kekhawatiran akan resesi.
Di tengah ketegangan ini, Trump juga mengubah rencananya dengan menggandakan tarif untuk Kanada, setelah pemerintah daerah Ontario mengenakan biaya tambahan pada ekspor listrik ke AS. Kini, perusahaan AS yang mengimpor baja dan aluminium dari Kanada harus membayar tarif 25%.
Respons Beragam dari Berbagai Negara
Kebijakan tarif Trump menuai respons beragam dari berbagai negara:
Inggris menyatakan kekecewaan dan siap mengambil langkah balasan.
Australia menolak mengenakan bea balasan karena khawatir harga barang domestik akan naik.
Kanada menegaskan akan membalas tarif AS, meskipun tetap berupaya meredakan ketegangan.
AS sendiri merupakan importir utama baja dan aluminium, dengan pemasok terbesar berasal dari Kanada, Meksiko, dan Brasil.
Dampak Bagi Ekonomi dan Industri
Kebijakan tarif ini mendapatkan dukungan dari American Iron and Steel Institute (AISI) yang menganggapnya sebagai langkah untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produksi baja domestik.
Namun, kelompok industri otomotif seperti American Automotive Policy Council memperingatkan bahwa pencabutan pengecualian tarif untuk Kanada dan Meksiko akan meningkatkan biaya produksi secara signifikan.
Direktur Jenderal UK Steel, Gareth Stace, menyebut langkah AS sangat mengecewakan. Beberapa perusahaan baja di Inggris bahkan sudah mulai mengalami pembatalan kontrak akibat tarif baru ini.
Sementara itu, sejumlah ekonom menilai bahwa kebijakan ini memang menguntungkan industri baja AS, tetapi merugikan sektor lain yang membutuhkan bahan baku murah.
Kekhawatiran Resesi
Sejumlah analis memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump bisa memperburuk kondisi ekonomi AS. Firma riset Oxford Economics memprediksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini akan turun dari 2,4% menjadi 2%.
Meskipun demikian, laporan tersebut menyebut ekonomi AS masih berpotensi bertahan dalam beberapa tahun ke depan. Namun, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang dagang ini tetap menjadi perhatian utama bagi para pelaku bisnis dan investor global.