Pendanaan Startup di Asia Menurun, Tapi Sektor Potensial di Indonesia Tetap Menarik
Tanggal: 23 Mei 2025 09:12 wib.
Tampang.com | Pendanaan untuk perusahaan rintisan (startup) di kawasan Asia menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, menurut Bayu Seto, Partner Living Lab Ventures, situasi ini justru membuka peluang baru bagi investor dan startup untuk melakukan evaluasi valuasi yang lebih tepat dan realistis.
“Kami melihat ini sebagai kesempatan bagus, karena valuasi startup jadi lebih terukur. Investor strategis seperti kami mendapatkan bargaining power yang lebih besar dalam berinvestasi pada perusahaan dengan potensi tinggi,” ujar Bayu dalam acara Media Briefing and Investment Outlook 2025, Kamis (22/5/2025).
Bayu juga menyoroti kondisi ekonomi global yang sedang bergejolak akibat kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat. Hal ini memberikan peluang bagi negara-negara emerging market, khususnya Indonesia, untuk mengambil peran lebih besar di pasar global. “Ada lima sektor yang kami lihat punya potensi besar: manufacturing, alternatif protein, agritech, healthcare, dan clean tech,” jelasnya.
Walaupun terjadi penurunan dana yang masuk ke startup di Asia Tenggara sejak 2022, perusahaan modal ventura justru semakin agresif dalam berinvestasi. Selain itu, Corporate Venture Capital (CVC) juga memainkan peran penting sebagai investor yang berorientasi tidak hanya pada aspek finansial, tetapi juga kolaborasi strategis dengan perusahaan rintisan.
“Di Jepang, hampir semua perusahaan dari level first tier hingga second tier sudah memiliki CVC. Model ini sangat cocok untuk Indonesia karena tidak hanya melihat investasi dari sisi keuangan, tetapi juga sinergi bisnis,” tambah Bayu.
Di Indonesia sendiri, beberapa sektor masih sangat diminati oleh investor, antara lain fintech, ecommerce, software, green tech, serta logistik dan rantai pasok. Hingga saat ini, Living Lab Ventures telah menyalurkan pendanaan dengan nilai total mencapai ratusan juta dolar AS.
“Total investasi kami sampai sekarang sudah mencapai triple digit juta dolar AS, dan ini menunjukkan kepercayaan yang terus tumbuh pada ekosistem startup di Indonesia,” tutup Bayu.