Pembelian Emas oleh Negara-negara di Tengah Lonjakan Harga Emas Dunia
Tanggal: 16 Sep 2024 07:52 wib.
Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi, mencapai level psikologis baru sebesar US$2.576/troy ons. Kenaikan ini dipengaruhi oleh prospek pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) setelah rilis data tenaga kerja yang menunjukkan kestabilan, serta inflasi yang masih cenderung melandai.
Berdasarkan data klaim awal untuk tunjangan pengangguran mingguan yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS, tercatat naik 2.000 menjadi 230.000 pada periode pekan yang berakhir 7 September 2024. Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir naik 0,2% pada bulan Agustus, melebihi estimasi pertumbuhan sebesar 0,1%. Angka inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, juga naik 0,3%, melampaui perkiraan 0,2%.
Meskipun begitu, hasil rilis data inflasi konsumen atau indeks harga konsumen (CPI) AS periode Agustus menunjukkan pertumbuhan yang baik. Pada basis tahunan, terjadi peningkatan sebesar 2,5%, lebih baik dari ekspektasi yang sebelumnya berharap tumbuh 2,6% dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,9%.
Menariknya, pembelian emas oleh bank sentral dalam jumlah besar menjadi salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas. Data dari World Gold Council (WGC) menyebutkan bahwa hingga Juli 2024, sejumlah negara terus mengumpulkan emas.
Turki menjadi negara dengan pembelian emas paling besar selama tujuh bulan pertama tahun ini, yakni sebesar 48,5 ton. Disusul oleh India dengan 42,6 ton, kemudian Polandia dan China masing-masing dengan jumlah 33 dan 28,9 ton.
Harapan yang semakin kuat terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan September mempengaruhi kinerja Treasury AS dan dolar, sehingga mengurangi biaya peluang memegang emas, yang pada akhirnya mendukung kenaikan harga emas. Selain itu, meningkatnya risiko geopolitik juga memberikan dorongan tambahan.
Kendati lonjakan harga emas kemungkinan memiliki dampak pada permintaan emas oleh bank sentral tahun ini, tren jangka panjang pembelian bersih tetap terjaga. Data survei bank sentral terbaru menyoroti beberapa alasan, seperti peran emas sebagai penyimpan nilai dan kinerjanya di masa krisis, mengapa bank sentral tetap antusias untuk mengakumulasi emas.
Sepanjang beberapa bulan terakhir, bank-bank sentral menunjukkan komitmen berkelanjutan dalam mengakumulasi emas, meskipun tingkat permintaan yang dilaporkan secara keseluruhan sedikit menurun seiring dengan kenaikan harga emas ke level tertinggi baru. Di bulan Juli misalnya, bank-bank sentral global melaporkan melalui IMF bahwa mereka telah menambah 37 ton secara bersih ke cadangan resmi. Ini mencerminkan peningkatan sebesar 206% dibandingkan bulan sebelumnya dan merupakan total bulanan tertinggi sejak Januari.
Pertama, Bank Sentral Turki berhasil meningkatkan cadangan emas resminya sebanyak 4 ton, dengan 14 bulan berturut-turut melakukan pembelian bersih. Cadangan emas mencapai rekor tertinggi baru, yakni 589 ton, melampaui rekor sebelumnya sebesar 587 ton pada Februari 2023.
Kedua, Bank Sentral India (RBI) diperkirakan menambah 5 ton cadangan emas pada Juli, sehingga total kepemilikan emasnya menjadi 846 ton. Pembelian bersih tahun ini mencapai 43 ton.
Sementara itu, Bank Nasional Polandia juga menjadi pembeli terbesar dengan menambah 14 ton secara bersih pada Juli. Pembelian ini meningkatkan total kepemilikan emasnya menjadi 392 ton atau setara dengan 15% dari total cadangan. Polandia telah melakukan pembelian emas besar-besaran sejak April, mengakumulasi 33 ton selama empat bulan terakhir.
Dengan pembelian besar-besaran ini, di bulan Juli 2024, berikut ini merupakan negara-negara dengan cadangan emas terbesar di dunia berdasarkan International Financial Statistics.
Dalam hal ini, pembelian emas oleh negara-negara tersebut memberikan dampak positif terhadap pasar emas secara keseluruhan. Investasi emas tetap menjadi pilihan yang diminati, baik oleh bank sentral maupun investor di tengah volatilitas pasar dan ketidakpastian global.