Paylater Makin Populer, Tapi Banyak Anak Muda Terjebak Utang Tak Disadari!
Tanggal: 15 Mei 2025 20:14 wib.
Tampang.com | Layanan paylater atau beli sekarang bayar nanti makin menjamur di kalangan masyarakat, terutama anak muda. Meski memberi kemudahan, tak sedikit yang akhirnya terjebak dalam siklus utang tanpa disadari.
Kemudahan yang Jadi Bumerang
Laporan dari OJK dan BI menunjukkan lonjakan penggunaan fitur paylater selama dua tahun terakhir. Namun, sebagian besar penggunanya tidak membaca syarat, bunga, dan jatuh tempo dengan seksama.
“Awalnya cuma coba beli sepatu, sekarang tiap bulan harus bayar 4–5 tagihan kecil dari paylater yang beda-beda,” ungkap Deni (25), pekerja lepas di Jakarta.
Gaya Hidup Konsumtif Diperparah Digitalisasi
Kampanye “hidup praktis” dan “belanja mudah” mendorong perilaku konsumtif. Di sisi lain, literasi keuangan digital belum sejalan. Banyak pengguna paylater tidak paham bunga efektif yang bisa mencapai dua digit per tahun.
“Ini bukan cuma soal utang, tapi tentang bagaimana teknologi finansial digunakan tanpa kontrol,” ujar pakar keuangan personal, Lila Hernawati.
Minim Regulasi, Edukasi Finansial Terlambat
Hingga kini, regulasi terhadap platform paylater belum seketat lembaga keuangan konvensional. Skema bunga, penalti, dan penagihan kerap tidak transparan. Kalangan Gen Z dan milenial menjadi korban utama karena mudah tergiur promo.
Solusi: Literasi Keuangan dan Pengawasan Ketat
Pemerintah dan OJK perlu memperkuat edukasi keuangan digital, khususnya untuk pelajar, mahasiswa, dan pekerja pemula. Selain itu, penyedia paylater wajib menyampaikan informasi bunga dan risiko secara transparan dan wajib.