Sumber foto: Google

Pasar Hewan Ditutup, Harga Sapi Terjun Bebas Karena PMK Merebak

Tanggal: 11 Jan 2025 14:52 wib.
Tampang.com | Penyebaran virus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Ponorogo, Jawa Timur, terpaksa memaksa pemerintah setempat menutup seluruh pasar hewan hingga 21 Januari 2025. Penutupan pasar ini merupakan upaya untuk menekan penyebaran PMK yang kian meluas, dan langkah ini juga berdampak signifikan terhadap ekonomi peternakan, terutama di sektor sapi. Harga sapi di Ponorogo pun terjun bebas, bahkan anjlok hingga 50 persen akibat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh wabah tersebut.


Penyebaran PMK yang Mengkhawatirkan


Penyebaran PMK di Ponorogo mulai terdeteksi pada awal Januari 2025, dan sejak saat itu, virus ini telah menginfeksi sedikitnya 346 ekor sapi di berbagai wilayah. PMK adalah penyakit yang menyerang hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, dan babi, yang dapat menyebabkan luka di mulut dan kuku hewan, serta demam tinggi. Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebabkan kerugian besar bagi peternak, terutama jika tidak segera ditangani dengan tepat.

Sebagai langkah pencegahan, Pemerintah Kabupaten Ponorogo akhirnya memutuskan untuk menutup seluruh pasar hewan di wilayahnya. Keputusan ini diambil untuk mengurangi potensi penyebaran virus yang semakin meluas melalui perputaran jual beli hewan di pasar. "Kami harus bertindak cepat dan tegas untuk menanggulangi wabah ini. Penutupan pasar hewan hingga 21 Januari adalah langkah terbaik untuk mencegah penyebaran lebih lanjut," ujar Kepala Dinas Peternakan Ponorogo dalam konferensi pers.

Penutupan pasar hewan yang berlangsung cukup lama ini memberikan dampak langsung pada harga sapi. Sebelum adanya wabah PMK, harga sapi di Ponorogo berkisar antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per ekor, tergantung dari ukuran dan jenisnya. Namun, setelah penyebaran PMK mulai meluas, harga sapi anjlok hingga 50 persen, bahkan di beberapa tempat harga sapi turun menjadi sekitar Rp 7 juta hingga Rp 10 juta per ekor.

Penurunan harga ini disebabkan oleh penurunan permintaan pasar akibat ketakutan akan meluasnya penyebaran PMK. Banyak pedagang dan peternak yang khawatir untuk membeli sapi karena takut sapi yang dibeli terinfeksi virus tersebut. Selain itu, banyak peternak yang terpaksa menjual sapi-sapi mereka dengan harga lebih rendah hanya untuk menghindari kerugian lebih lanjut.

Beberapa peternak mengungkapkan kekecewaannya karena mereka harus menjual sapi dengan harga yang sangat murah, meskipun biaya perawatan dan pakan sapi cukup tinggi. "Kami sangat terpuruk. Harga sapi turun drastis, sementara biaya pemeliharaan tetap tinggi. Kami berharap pemerintah segera memberikan bantuan untuk mengatasi kerugian ini," ungkap salah satu peternak sapi di Ponorogo.

Pemerintah setempat menjelaskan bahwa penutupan pasar hewan merupakan langkah yang diperlukan untuk mengendalikan wabah PMK. Pasar hewan sering menjadi titik kumpulnya hewan-hewan yang berasal dari berbagai daerah, sehingga memudahkan penyebaran virus. Oleh karena itu, langkah penutupan pasar diambil dengan harapan dapat memutus mata rantai penyebaran virus yang sangat berbahaya ini.

Selain itu, pemerintah juga telah melakukan vaksinasi massal terhadap hewan-hewan ternak yang sehat untuk mencegah penularan lebih lanjut. "Kami juga bekerja sama dengan dinas terkait dan petugas kesehatan hewan untuk melakukan pemantauan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap kondisi hewan ternak di lapangan," tambah Kepala Dinas Peternakan Ponorogo.

Meskipun kondisi saat ini cukup berat bagi peternak, pemerintah Kabupaten Ponorogo berjanji akan terus mendukung para peternak untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh wabah ini. Salah satu langkah yang sedang dipersiapkan adalah pemberian bantuan langsung kepada peternak yang terkena dampak terbesar akibat penurunan harga sapi.

Selain itu, peternak diimbau untuk tetap menjaga kebersihan kandang dan memperhatikan kesehatan hewan ternak mereka agar bisa mengurangi risiko penularan PMK. Pemerintah juga akan terus mengedukasi peternak tentang pentingnya menjaga kesehatan hewan dan mengambil langkah-langkah pencegahan lebih lanjut.

Penutupan pasar hewan di Ponorogo hingga 21 Januari 2025 sebagai respons terhadap merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) memberikan dampak yang cukup besar pada sektor peternakan, terutama dalam hal penurunan harga sapi yang anjlok hingga 50 persen. Meskipun langkah ini diambil untuk mengendalikan penyebaran virus, para peternak berharap ada solusi jangka panjang dan bantuan pemerintah agar mereka dapat bertahan dan pulih dari kerugian yang ditimbulkan. Pemulihan ekonomi peternakan di Ponorogo akan sangat bergantung pada upaya bersama antara pemerintah, peternak, dan masyarakat untuk menanggulangi wabah ini dan mencegah kerugian lebih lanjut.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved