Pasar Batu Bara Dunia Ambruk Selama Sepekan, Pertanda Kuat Kiamat Batu Bara?
Tanggal: 8 Sep 2024 14:04 wib.
Batu bara dunia mengalami penurunan sepanjang pekan ini, dengan kinerja mingguan yang turun selama empat kali berturut-turut. Kondisi ini merupakan yang paling buruk sejak rentang waktu Desember 2023 hingga Januari 2024.
Data dari Refinitiv menyebutkan bahwa harga batu bara dunia acuan Newcastle pada perdagangan Jumat (6/9/2024) tercatat sebesar US$141 per ton, dengan penurunan secara mingguan mencapai 1,91% dibandingkan pekan sebelumnya.
Faktor yang mempengaruhi penurunan harga batu bara dunia ini antara lain adalah rencana Jerman untuk menurunkan kapasitas produksi batu bara dan menutup pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batu bara. Jerman, yang merupakan produsen batu bara terbesar ke-9 di dunia pada tahun 2023, diperkirakan akan mengalami penurunan kapasitas batu bara keras sekitar 27% pada tahun 2027 menurut BNA.
Menurut rencana Jerman, kapasitas batu bara keras di sektor tenaga listrik harus turun menjadi 8 GW atau lebih rendah pada tahun 2030, sejalan dengan rencana negara tersebut untuk menghentikan produksi batu bara keras dan pembangkit listrik berbahan bakar lignit pada akhir tahun 2038. Hal ini juga akan berdampak pada kapasitas berbahan bakar lignit yang saat ini mencapai 15,1 GW di pasar energi.
Bagi operator pembangkit listrik batu bara keras dan lignit kecil, The Federal Network Agency Jerman (BNA) telah menawarkan kesempatan untuk menerima kompensasi finansial atas penarikan awal dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara hingga tahun 2023. Regulator ini mengadakan tujuh putaran tender yang mencakup 10,9 GW penutupan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, dengan rencana penghentian bertahap yang harus dilaksanakan 30 bulan setelah perintah diterbitkan.
Meskipun adanya rencana penghentian bertahap, unit pembangkit listrik berbahan bakar batu bara keras menghadapi kesulitan dalam mendapatkan keuntungan di pasar listrik Jerman. Hal ini terlihat dari selisih bersih dan gelap yang mencapai EUR -1,53/MWh untuk pembangkit listrik dengan efisiensi 42% untuk tahun depan. Data ini juga menyebutkan bahwa pada tahun 2026, selisih tersebut mencapai EUR -12,61/MWh.
Penurunan harga batu bara dunia juga dipengaruhi oleh meluasnya penggunaan energi terbarukan, terutama tenaga air, yang menyebabkan China dapat membatasi pertumbuhan permintaan batu bara. Seiring China terus berinvestasi dalam energi terbarukan, peran batu bara dalam bauran energi negara ini dapat menurun secara bertahap.
Analis UBS percaya bahwa kenaikan harga batu bara Newcastle baru-baru ini bersifat sementara. Mereka memperkirakan bahwa harga akan turun menjadi sekitar US$125 per ton dalam beberapa bulan ke depan karena meningkatnya pasokan batu bara dan menurunnya permintaan musiman.
Tentunya, penurunan harga batu bara dunia ini memberikan sinyal penting terkait dinamika pasar energi global. Upaya Jerman untuk mengurangi kapasitas produksi batu bara serta meningkatnya investasi dalam energi terbarukan, terutama di China, menunjukkan pergeseran dalam sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini juga dapat memicu pertanyaan tentang dampak ekonomi dan sosial bagi negara-negara yang mengandalkan produksi dan ekspor batu bara sebagai sumber pendapatan.
Tingginya harga batu bara dunia sebelumnya telah memberikan tekanan terhadap negara-negara yang banyak mengandalkan batu bara sebagai energi utama mereka. Namun, dengan penurunan harga seperti yang terjadi ini, dapat timbul pertanyaan tentang masa depan industri batu bara secara global dan bagaimana hal ini akan mempengaruhi kebijakan energi serta perekonomian global.
Dengan perkembangan ini, kemungkinan akan ada penyesuaian strategi dalam industri energi global, terutama terkait diversifikasi sumber energi dan keberlanjutan. Meskipun belum jelas apakah penurunan harga batu bara dunia ini menunjukkan pertanda kuat akan kiamat batu bara, namun hal ini memberikan sinyal yang tidak dapat diabaikan terkait perubahan paradigma dalam industri energi global.