Panen Raya Tapi Harga Beras Masih Tinggi, Siapa yang Bermain di Balik Layar?
Tanggal: 15 Mei 2025 20:08 wib.
Tampang.com | Musim panen raya telah berlangsung di berbagai daerah, namun harga beras di pasar justru masih tinggi. Fenomena ini memicu kecurigaan publik terhadap tata niaga dan dugaan adanya permainan harga oleh pihak tertentu.
Panen Banyak, Harga Tak Turun
Biasanya, saat produksi melimpah, harga beras akan turun secara alami. Namun faktanya, harga eceran beras jenis medium dan premium masih bertahan di atas Rp14.000 per kilogram.
“Petani panen banyak, tapi kami tetap beli mahal. Ini aneh,” keluh Rahmawati, ibu rumah tangga di Yogyakarta.
Tata Niaga yang Diduga Dimonopoli
Pengamat pertanian Dr. Bambang Wijanarko menyebut ada indikasi kuat bahwa distribusi beras dikuasai oleh segelintir pelaku besar. Penahanan pasokan dan spekulasi harga kerap terjadi di tengah kelengahan pengawasan.
“Bukan soal panennya, tapi bagaimana distribusi dan stok dikendalikan segelintir pihak,” ujar Bambang.
Bulog dan Pemerintah Terlambat Bertindak
Peran Badan Urusan Logistik (Bulog) dan pemerintah daerah dinilai kurang sigap dalam menyerap gabah petani dan menyalurkannya kembali ke pasar. Akibatnya, fluktuasi harga dikendalikan pasar bebas, bukan negara.
Solusi: Reformasi Distribusi dan Percepatan Penyerapan Gabah
Untuk menekan harga, para ahli merekomendasikan percepatan penyerapan hasil panen oleh Bulog, pemotongan rantai distribusi, dan pembatasan peran spekulan pasar pangan.
“Kalau ini dibiarkan, harga pangan tak akan pernah benar-benar stabil,” tegas Bambang.