Sumber foto: iStock

OJK Minta Perbankan Waspada, Perubahan Iklim Bisa Picu Risiko Sistemik

Tanggal: 29 Jun 2024 18:22 wib.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia telah mengingatkan industri perbankan akan potensi risiko yang terkait dengan perubahan iklim. Seiring dengan hal tersebut, OJK telah berkolaborasi dengan Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian (Prospera) guna memperkuat peran perbankan dalam menghadapi krisis perubahan iklim. Dalam upaya untuk mengantisipasi potensi ancaman tersebut, perbankan dituntut untuk memiliki manajemen risiko yang solid.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan dukungan yang diperlukan bagi pengembangan kebijakan iklim. Menurutnya, hal tersebut merupakan langkah penting dalam mengatasi salah satu dari tantangan paling mendesak saat ini, yakni manajemen risiko iklim di industri perbankan di Indonesia. Dalam acara kick off Cooperation OJK-Prospera on Climate Risk Management Policies for Indonesian Banks pada Jumat (28/6/2024), Dian berkata bahwa kerjasama ini berfokus pada peningkatan dukungan yang diperlukan untuk pengembangan kebijakan iklim.

Peringkat kedua terpapar di dunia dan peringkat kelima dalam hal emisi tertinggi dunia, menempatkan Indonesia dalam posisi yang signifikan di kancah global perubahan iklim. Hal ini menekankan urgensi perlunya manajemen risiko iklim yang kuat untuk mengatasi ancaman tersebut oleh sektor perbankan.

Perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan hidup, tetapi juga menjadi risiko sistemik yang mampu berdampak pada sistem keuangan, perekonomian, dan masyarakat luas. Kenaikan frekuensi dan tingkat keparahan kejadian terkait iklim menjadi ancaman besar terhadap stabilitas keuangan. Oleh karena itu, penilaian kerentanan terhadap perubahan iklim di sektor perbankan, terutama mengingat letak geografis Indonesia, menjadi hal yang krusial.

Selain itu, alokasi kredit pada sektor-sektor dengan intensitas karbon tinggi juga menjadi perhatian OJK. Sekitar 40% dari total kredit di industri perbankan mengalir ke sektor-sektor tersebut, menandakan pentingnya penilaian risiko yang lebih mendalam dalam sektor ini. Hasil dari uji tekanan risiko perubahan iklim di Indonesia menunjukkan bahwa kerugian yang dialami sektor perbankan akan jauh lebih tinggi dalam skenario transisi biasa.

Dari temuan ini, muncul kebutuhan mendesak untuk langkah-langkah proaktif, tata kelola, dan kerangka manajemen risiko yang kuat di perbankan Indonesia guna memitigasi potensi dampak buruk dari risiko keuangan terkait perubahan iklim. Dian menambahkan bahwa hal tersebut juga akan memastikan keselarasan dengan pembaruan kebijakan global, praktik terbaik industri, dan tuntutan pemangku kepentingan.

Dalam konteks ini, OJK telah menargetkan penerimaan iuran pada tahun 2025 sebesar Rp 8,5 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa OJK memiliki perhatian yang serius terhadap perubahan iklim dan berusaha untuk memastikan bahwa industri perbankan dapat bertahan dalam menghadapi risiko tersebut.

Dengan masifnya perubahan iklim di masa kini, mempersiapkan diri untuk menghadapi dampaknya menjadi prioritas utama. Industri perbankan harus terus melakukan evaluasi terhadap potensi risiko iklim yang mereka hadapi, serta mengembangkan strategi manajemen risiko yang adaptif dan responsif. Diperlukan langkah-langkah konkret untuk mengurangi risiko dan menyesuaikan portofolio agar lebih ramah lingkungan.

OJK dan industri perbankan harus bersinergi dalam mengantisipasi dan mengelola risiko-risiko iklim ini. Kolaborasi dengan lembaga pemerintah, lembaga riset, dan pemangku kebijakan terkait perubahan iklim akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya menjaga stabilitas keuangan dan pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi tantangan global ini.

Melalui kesiapan dan rencana aksi yang tepat, perbankan Indonesia dapat memainkan peran aktif dalam menjaga sistem keuangan yang stabil, serta mendukung upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan begitu, perbankan akan dapat berfungsi sebagai entitas yang tidak hanya berkomitmen pada profitabilitas, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Manajemen risiko iklim yang solid akan menjadi landasan penting bagi keberlangsungan perbankan di masa depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved