Nilai Tukar Rupiah ke Dolar AS dan Ringgit Malaysia di BCA, BRI, Mandiri, serta BNI pada 30 Juli 2024
Tanggal: 31 Jul 2024 09:39 wib.
Pada tanggal 30 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah melemah sebesar 0,23%, atau 38 poin, menuju level Rp16.319. Sementara itu, nilai indeks dolar AS menguat sebesar 0,06% ke level 104,62.
Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia Pasifik juga mengalami pelemahan. Yen Jepang, dolar Hong Kong, won Korea Selatan, dan yuan China turun masing-masing sebesar 0,01%, 0,01%, 0,01%, dan 0,06%. Di samping itu, rupee India, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan baht Thailand juga turun sebesar 0,01%, 0,12%, 0,06%, dan 0,04%.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, rupiah diperkirakan akan ditutup melemah pada rentang Rp16.270-Rp16.340 per dolar AS di hari tersebut. Sentimen negatif berasal dari spekulasi pemotongan suku bunga yang didorong oleh data indeks harga PCE yang menggembirakan minggu sebelumnya, yang menjadi petunjuk inflasi bagi Federal Reserve (Fed).
Pada minggu tersebut, para pedagang hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan 25 basis poin pada bulan September, berdasarkan CME Fedwatch Tools. Ketidakpastian politik di AS juga membebani pasar Tiongkok, terutama terkait bagaimana pemerintahan AS berikutnya akan memperlakukan Beijing. Hal ini memicu kekhawatiran akan melambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok, setelah serangkaian data ekonomi yang lemah sepanjang Juli.
Di sisi lain, dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2024 diperkirakan hanya akan bergerak stabil di level 5,1%. Pada kuartal I 2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11%. Penjagaan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di atas 5% tahun ini diprediksi dilakukan melalui ekspansi fiskal yang kuat, pengeluaran terkait pemilu, dan investasi.
Data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa pada hari yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan ringgit Malaysia di beberapa bank terkemuka, seperti BCA, BRI, Mandiri, serta BNI, berada pada kisaran yang bervariasi.
PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menetapkan harga beli dolar AS sebesar Rp16.315 dan harga jual sebesar Rp16.335 berdasarkan e-rate pada pukul 09.24 WIB. Sementara itu, berdasarkan bank notes, BCA menetapkan harga beli sebesar Rp16.140 per dolar AS dan harga jual sebesar Rp16.440 per dolar AS pada pukul 08.09 WIB. Di sisi lain, nilai tukar ringgit Malaysia terhadap rupiah di BCA untuk e-rate berada dalam rentang Rp3.510 untuk beli dan Rp3.525 untuk kurs jual. Kurs ringgit Malaysia untuk TT Counter di BCA adalah Rp3.467 untuk beli dan Rp3.555 untuk jual.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) menetapkan harga beli dan harga jual dolar AS pada pukul 09.15 WIB masing-masing sebesar Rp16.300 dan Rp16.325 untuk e-rate. Sementara itu, BRI menetapkan harga beli ringgit Malaysia sebesar Rp3.501 dan harga jual sebesar Rp3.526 berdasarkan e-rate. Kurs ringgit Malaysia di BRI hari tersebut untuk TT Counter adalah Rp3.346 untuk beli dan Rp3.704 untuk kurs jual.
Bank Mandiri (BMRI) menetapkan harga beli dolar AS sebesar Rp16.280 dan harga jual sebesar Rp16.300 berdasarkan e-rate pada pukul 09.10 WIB. Selanjutnya, kurs ringgit Malaysia untuk e-rate berada pada level Rp3.502 untuk beli dan Rp3.517 untuk jual di Bank Mandiri.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) menetapkan harga beli dan jual dolar AS untuk e-rate pada pukul 10.05 WIB masing-masing sebesar Rp16.308 dan Rp16.328. Di sisi lain, special rate di BNI untuk kurs ringgit Malaysia adalah Rp3.322 untuk beli dan Rp3.672 untuk jual.
Dari data tersebut, terlihat bahwa ketidakpastian politik dan ekonomi global berdampak cukup signifikan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dan Ringgit Malaysia. Hal ini menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam melihat tren nilai tukar mata uang, terutama dalam hal perdagangan dan investasi. Sementara itu, bagi para pelaku usaha dan investor, pemantauan terhadap pergerakan nilai tukar mata uang serta kebijakan ekonomi global menjadi penting untuk mengantisipasi perubahan pasar yang mungkin terjadi dan mempersiapkan strategi yang tepat. Semua ini dilakukan untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul dalam aktivitas bisnis dan investasi. Tentu saja, kerjasama dengan ahli keuangan dan analis pasar dapat membantu dalam mengambil keputusan yang tepat demi kelangsungan bisnis dan investasi di masa yang akan datang.