Sumber foto: Beritasatu.com

Nasib E-commerce China setelah Ditutup di RI

Tanggal: 15 Nov 2024 20:39 wib.
Raksasa e-commerce China, JD.com, belum lama ini melaporkan pendapatan yang mengecewakan pasar. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi yang menantang yang berdampak pada daya beli masyarakat. Saham JD.com yang terdaftar di bursa Amerika Serikat turun lebih dari 3% sebelum pasar dibuka, menurut laporan dari YahooFinance pada Jumat, 15 November 2024.

Selain itu, anak perusahaan JD.com yang melayani masyarakat Indonesia, JD.ID, resmi ditutup pada Maret 2023. Penutupan unit bisnis tersebut merupakan bagian dari strategi JD.com untuk memusatkan perhatian pada pengembangan rantai pasokan lintas negara dengan fokus utama pada sektor logistik dan gudang.

Pada kuartal-III 2024, JD.com melaporkan kenaikan total pendapatan sebesar 5,1%, mencapai 260,4 miliar yuan. Meskipun demikian, angka tersebut masih di bawah ekspektasi pasar yang mencapai 261,45 miliar yuan seperti yang dipatok dalam data LSEG.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa juga mengalami kenaikan signifikan, yaitu sebesar 47,8% dari tahun ke tahun, mencapai 11,7 miliar yuan untuk kuartal Juli-September.

CEO JDcom, Sandy Xu, menyatakan bahwa peran penting program trade-in di China dapat dimainkan berkat kemampuan utama mereka dalam rantai pasokan dan infrastruktur pemenuhan yang telah dibangun dalam kurun waktu dua dekade terakhir.

Namun, kondisi krisis pasar properti yang terus berlangsung di China, bersamaan dengan perlambatan ekonomi dan ketidakpastian di pasar tenaga kerja, telah berdampak negatif pada daya beli masyarakat, terutama dalam sektor ritel.

Meskipun pemerintah China telah menawarkan berbagai rencana untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kurangnya tindakan nyata untuk mendorong daya beli masyarakat telah mengguncang bisnis e-commerce seperti JD.com.

Dampak dari situasi ini juga tercermin dalam laporan pengeluaran JD.com yang mengalami kenaikan sebesar 7,2% secara kuartal-ke-kuartal, mencapai 16,3 miliar yuan. Angka ini melampaui estimasi pasar yang sebesar 15,94 miliar yuan.

Situasi ini menunjukkan bahwa meskipun JD.com telah menutup unit bisnisnya di Indonesia untuk berfokus pada rantai pasokan global, namun kondisi ekonomi yang menantang juga memiliki dampak besar pada bisnis e-commerce di China.

Pasar e-commerce China terus mengalami tekanan dari faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan kinerja perusahaan-perusahaan e-commerce di negeri tersebut.

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved