Muncul Tanda-Tanda Ekonomi RI Terancam Gawat, Ini 5 Buktinya
Tanggal: 6 Okt 2024 10:19 wib.
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini dinilai tidak stabil di tengah masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Beberapa indikator menunjukkan penurunan yang mengkhawatirkan, antara lain pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) yang melambat, kontraksi indeks manufaktur (PMI), deflasi dalam lima bulan berturut-turut, serta peningkatan jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK).
1. PDB RI Tumbuh Lebih Rendah
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 mencapai 5,05% secara year on year (yoy), yang menunjukkan penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pola musiman pada tahun-tahun sebelumnya, di mana kuartal kedua tumbuh lebih tinggi dari kuartal pertama.
Pada kuartal I-2024, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,11%, didorong oleh aktivitas dalam negeri seperti pemilihan umum dan perayaan Lebaran. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024 tetap stabil di atas 5%.
2. PMI Manufaktur Kembali Terkontraksi
Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai 49,2 pada September 2024, menandakan kontraksi yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut. Kontraksi tersebut disebabkan oleh lesunya permintaan dari luar negeri akibat kondisi perekonomian global yang melambat.
Perusahaan merespons dengan mengurangi aktivitas pembelian dan lebih memilih untuk memanfaatkan persediaan serta menjaga biaya dan efisiensi operasional. Meskipun demikian, ada kabar baik bahwa perusahaan mulai menambah karyawan, yang menjadi tanda optimisme pelaku bisnis terhadap kondisi bisnis ke depan.
3. Deflasi 5 Bulan Beruntun
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 mengalami deflasi sebesar 0,12% secara bulanan, menandai deflasi berkelanjutan selama lima bulan berturut-turut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait pelemahan daya beli masyarakat, yang dapat mengakibatkan penurunan permintaan barang.
4. PHK Makin Tak Terkendali
Jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) meningkat tajam, mencapai 52.993 tenaga kerja per September 2024. Sektor manufaktur, termasuk industri tekstil, garmen, dan alas kaki, menjadi sektor dengan jumlah PHK terbanyak. Kenaikan pajak rokok juga menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi ini.
5. Penerimaan Negara Turun
Pendapatan Negara pada Agustus 2024 tercatat sebesar Rp1.777 triliun, yang merupakan 63,4% dari target APBN 2024. Penurunan ini dipengaruhi oleh harga komoditas yang turun, terutama harga minyak bumi. Penerimaan pajak pada periode yang sama juga mengalami kontraksi sebesar 4,02%.
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini membutuhkan pemantauan dan langkah strategis untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Diperlukan upaya untuk meminimalkan kontraksi ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan pajak dan pendapatan negara untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.