Mengenal Job Hugging, Fenomena Pekerja Bertahan di Tengah Ketidakpastian
Tanggal: 27 Okt 2025 09:24 wib.
Apa Itu "Job Hugging" dan Mengapa Terjadi?"Job hugging" adalah fenomena di mana seorang karyawan memilih untuk tetap bertahan di pekerjaan yang sedang dijalani. Ini terjadi meskipun ia merasa pekerjaan tersebut tidak lagi cocok atau bahkan tidak memuaskan. Kondisi ini utamanya didorong oleh kekhawatiran terhadap ketidakstabilan ekonomi dan ketidakpastian pasar kerja yang terus berubah.Karyawan yang mengalami "job hugging" tidak berpindah ke tempat lain karena diliputi oleh kecemasan. Kekhawatiran ini dipicu oleh beberapa faktor, yaitu:Melambatnya proses perekrutan di banyak industri.Maraknya pengurangan tenaga kerja atau PHK massal.Dampak adopsi kecerdasan buatan (AI) yang makin luas terhadap keamanan pekerjaan. Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan yang membuat pekerja enggan mengambil risiko.Penyebab Utama Fenomena Job HuggingKetakutan terhadap ketidakpastian ekonomi global dan perkembangan teknologi yang pesat menjadi pemicu utama fenomena "job hugging". Banyak pekerja merasa bahwa bertahan adalah pilihan paling aman saat ini. Mereka khawatir mencari pekerjaan baru justru akan membawa mereka ke kondisi yang lebih tidak stabil.Beberapa hal mendasari kecemasan ini.Ketakutan akan ketidakstabilan ekonomi membuat orang memilih untuk tidak keluar dari zona nyaman.Perlambatan pertumbuhan perekrutan membuat peluang mencari pekerjaan baru terasa semakin tipis.Kecemasan akan adopsi AI yang pesat dan dampaknya terhadap stabilitas pekerjaan juga terus meningkat. Seperti yang disampaikan oleh Dr. Diane Hamilton, seorang pakar karier, "Semua ini menciptakan keraguan dalam menentukan langkah karier bagi banyak profesional."Sisi Positif Job Hugging (Sebagai Strategi Cerdas)Meskipun sering dipandang negatif, "job hugging" juga bisa menjadi strategi yang cerdas dalam kondisi tertentu. Ini dapat dianggap sebagai "taktik bertahan hidup yang cerdas" jika Anda melakukannya dengan pertimbangan matang. Anda dapat memanfaatkannya sebagai jeda terencana untuk mempersiapkan langkah selanjutnya.Taktik ini menjadi cerdas jika dilakukan dalam kondisi yang tepat. Ini meliputi:Industri kerja Anda relatif stabil.Perusahaan Anda menawarkan tunjangan yang baik.Tersedia kesempatan untuk pengembangan keterampilan di tempat kerja saat ini. Dengan demikian, Anda dapat mengumpulkan kekuatan dan keahlian baru. Dr. Diane Hamilton juga menyatakan, "Ini adalah cara untuk tetap tenang sambil mempersiapkan diri menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya."Risiko dan Dampak Negatif Job HuggingBertahan di pekerjaan hanya karena rasa takut membawa risiko signifikan yang merugikan. Dampak negatif ini mencakup perkembangan karier pribadi, kondisi finansial, bahkan pasar kerja secara keseluruhan. Stagnasi menjadi ancaman nyata bagi mereka yang terlalu lama "memeluk" pekerjaannya.Ada beberapa risiko yang perlu Anda pertimbangkan.Anda berisiko mengalami stagnasi, tidak berkembang, dan kehilangan motivasi untuk berinovasi.Ada potensi tidak mendapatkan kenaikan gaji yang signifikan dibandingkan rekan yang berani berpindah pekerjaan.Anda juga kehilangan kesempatan mempelajari keterampilan baru yang krusial. Ini akan mengurangi daya jual Anda di masa depan.Lebih jauh, ada risiko PHK jika karyawan dianggap tidak berkembang dan tidak lagi memenuhi standar perusahaan.Fenomena ini juga menghambat lulusan baru mendapatkan pekerjaan pertama mereka karena pasar kerja yang "diam".Fenomena Job Hugging di Skala GlobalFenomena "job hugging" bukan hanya masalah lokal, melainkan isu global yang terlihat di banyak negara. Ini ditunjukkan oleh penurunan kepercayaan pekerja dan prioritas keamanan kerja yang tinggi, bahkan di negara-negara maju. Pekerja kini lebih cenderung menunda keputusan besar terkait karier.Di Amerika Serikat, misalnya, tingkat berhenti kerja (quit rate) yang menjadi barometer kepercayaan pekerja, telah turun signifikan. Ini mengindikasikan bahwa para pekerja "merasa gugup" untuk mencari peluang baru. Serupa dengan itu, di Inggris, pekerja kini lebih mengutamakan keamanan kerja. Ini terjadi akibat kebijakan pemerintah yang dianggap "menghancurkan kepercayaan" di pasar tenaga kerja.Nina Skero, seorang ekonom, menjelaskan situasi kompleks ini. Menurutnya, "Para pekerja menghadapi tantangan keseimbangan yang sulit. Sementara pertumbuhan gaji tetap kuat, inflasi terus menggerogoti upah riil, dan kesempatan kerja semakin menipis." Kondisi ini makin memperkuat alasan mengapa "job hugging" menjadi pilihan yang sulit dihindari bagi banyak orang di seluruh dunia.