Mengapa Penjualan Sukuk Ritel SR022 Lesu? Ini 2 Alasan Utama Rendahnya Minat Investor
Tanggal: 30 Mei 2025 22:30 wib.
Tampang.com , Indonesia – Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri terbaru SR022 dilaporkan menghadapi tantangan selama masa awal penawarannya. Setelah dua pekan sejak rilis pada 16 Mei 2025, mitra penyalur Bibit mencatat keterjualan SR022 baru mencapai 24 persen dari kuota awal Rp 20 triliun, dengan rincian Rp 3,9 triliun untuk tenor 3 tahun (SR022T3) dan Rp 947 miliar untuk tenor 5 tahun (SR022T5) per 29 Mei 2025 pukul 12.49 WIB. Angka ini menunjukkan laju penjualan yang lebih lambat dibandingkan seri sebelumnya, ST014, yang dalam sepekan saja sudah terjual Rp 5,7 triliun.
Menurut Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst PEFINDO, ada setidaknya dua alasan utama di balik lesunya penjualan SR022:
1. Yield yang Kurang Kompetitif Dibanding Pasar
SR022 menawarkan kupon tetap sebesar 6,45 persen untuk tenor 3 tahun dan 6,55 persen untuk tenor 5 tahun. Namun, Ahmad menjelaskan bahwa pada 16 Mei lalu, saat SR022 pertama kali ditawarkan, yield wajar pasar berada di level 6,442 persen untuk tenor 3 tahun dan 6,587 persen untuk tenor 5 tahun.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa yield yang ditawarkan SR022 tidak jauh berbeda dengan produk investasi lain di pasar. “Secara komparatif, tidak ada alasan yang cukup untuk beralih. Ini lah yang memengaruhi animo investor untuk membeli SR022,” jelas Ahmad kepada Kontan, Rabu (28/5/2025). Artinya, investor tidak melihat insentif yang kuat untuk beralih ke SR022.
2. Pasar Saham yang Sedang Bergairah (Cooling Stock Market)
Alasan kedua terkait dengan kondisi pasar saham. Ahmad menilai kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut meningkatkan risiko substitusi dari SR022. Investor ritel di Indonesia dikenal cukup aktif dan familiar dengan pasar saham untuk mengejar return yang lebih tinggi.
Ahmad memperkirakan bahwa investor ritel saat ini tengah asyik menikmati euforia di pasar saham, mengingat IHSG memang cenderung menguat dalam sebulan terakhir, bahkan sempat menyentuh level 7.200 basis poin (bps).
Meskipun IHSG mulai menunjukkan tren penurunan kembali ke level 6.900 bps pada pekan ini, dan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) turut mendorong turun yield pasar (menjadi 6,341 persen untuk tenor 3 tahun dan 6,437 persen untuk tenor 5 tahun, yang kini lebih rendah dari SR022), Ahmad optimis bahwa keadaan akan segera berbalik.
“Jika tren ini terus berlanjut, penyerapan yang lebih baik bisa terjadi ke depannya,” sebut Ahmad, mengindikasikan potensi peningkatan minat investor terhadap SR022 di masa mendatang