Sumber foto: Google

Mengapa Orang Super Kaya Ramai-ramai Pindahkan Simpanan Emas ke Singapura?

Tanggal: 29 Mei 2025 22:35 wib.
Jakarta, Tampang.com – Orang-orang super kaya di berbagai belahan dunia kini ramai-ramai memindahkan simpanan emas mereka ke Singapura. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global yang memicu kekhawatiran atas keamanan aset.

Dilansir dari CNBC, Rabu (28/5/2025), salah satu lokasi penyimpanan emas yang menjadi pilihan utama adalah “The Reserve”, sebuah fasilitas penyimpanan logam mulia enam lantai yang terletak tak jauh dari Bandara Changi, Singapura. Fasilitas ini memiliki keamanan yang sangat ketat dan desain berlapis oniks, kini menyimpan emas dan perak senilai sekitar 1,5 miliar dollar AS atau setara Rp 24,48 triliun (asumsi kurs Rp 16.322 per dollar AS). The Reserve juga dilengkapi ratusan brankas pribadi serta ruang penyimpanan raksasa dengan ribuan kotak deposit hingga setinggi tiga lantai.


Lonjakan Permintaan dan Preferensi Emas Fisik

Pendiri The Reserve, Gregor Gregersen, mengungkapkan bahwa permintaan penyimpanan emas dan perak di fasilitas tersebut melonjak hingga 88 persen pada periode Januari hingga April 2025, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan emas dan perak batangan pun meningkat tajam, naik 200 persen secara tahunan. "Tren baru saat ini adalah menyimpan emas fisik di yurisdiksi yang aman seperti Singapura, dengan mitra yang dapat dipercaya," kata Gregersen, menambahkan bahwa sekitar 90 persen dari pesanan baru berasal dari luar Singapura.

Lonjakan minat terhadap emas fisik dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian global, termasuk ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta volatilitas politik menjelang pemilihan umum AS. Saat ini, harga spot emas tercatat di kisaran 3.346,32 dollar AS per ons, atau sekitar Rp 54,65 juta per ons. Beberapa analis bahkan memproyeksikan harga emas bisa menembus 5.000 dollar AS per ons pada tahun depan, atau sekitar Rp 81,61 juta.

Para investor kini lebih memilih emas fisik dibanding emas kertas atau derivatifnya. Menurut Gregersen, emas fisik dianggap lebih aman dari risiko geopolitik maupun risiko pihak ketiga (counterparty risk). Krisis Silicon Valley Bank pada 2023 menjadi salah satu pemicu pergeseran preferensi tersebut. "Banyak investor tidak ingin hanya memiliki klaim atas emas yang disimpan dalam sistem perbankan. Mereka ingin emas yang nyata dan bisa diakses secara langsung," ujar Nicky Shiels, Kepala Riset dan Strategi Logam di MKS Pamp.


Singapura: "Jenewa dari Timur" dan Pusat Logistik

John Reade, Kepala Strategi Pasar di World Gold Council, menambahkan bahwa sebagian pemegang emas fisik bahkan enggan menyimpan logam mulia mereka di bank. "Mereka lebih memilih lembaga penyimpanan non-bank," katanya.

Selain faktor keamanan dan stabilitas politik, posisi geografis Singapura juga menjadi daya tarik tersendiri. Negara ini dikenal sebagai pusat transit internasional, membuat logistik penyimpanan dan pengambilan emas menjadi lebih mudah. “Singapura dianggap sebagai 'Jenewa dari Timur'. Ini adalah yurisdiksi yang stabil secara politik dan ekonomi,” kata Shiels.

Jeremy Savory, pendiri Millionaire Migrant, sebuah firma konsultasi relokasi aset, juga berpendapat serupa. “Kalau Anda berasal dari negara dengan sistem perbankan yang kurang terpercaya, seperti Lebanon, Mesir, atau Aljazair, menyimpan emas di luar negeri adalah pilihan yang masuk akal,” ujarnya.

Meskipun demikian, Reade mengingatkan bahwa menyimpan emas fisik bukan pilihan yang cocok untuk investor jangka pendek, mengingat biaya transaksi dan logistik yang lebih tinggi dibandingkan investasi emas berbasis kertas. Tren alih simpan emas fisik ke tempat-tempat seperti Singapura tampaknya akan terus berlanjut, seiring meningkatnya ketidakpastian global dan kebutuhan akan perlindungan aset yang lebih konkret dan dapat diakses secara langsung.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved