Marak Tren Diet Ekstrem di Media Sosial, Dokter Ingatkan Risiko Gangguan Metabolik

Tampang.com | Media sosial kini tak hanya jadi tempat berbagi momen, tapi juga ajang pamer perubahan tubuh. Sayangnya, tren diet ekstrem seperti “diet air putih” atau “no carbs for 30 days” justru makin menjamur. Meski tampak efektif dalam waktu singkat, pakar kesehatan mengingatkan bahwa metode seperti ini menyimpan risiko serius bagi metabolisme tubuh.

Cepat Turun Berat, Tapi Tubuh Kewalahan
Banyak dari metode diet ekstrem memang menghasilkan penurunan berat badan drastis dalam waktu singkat. Tapi, itu bukan karena pembakaran lemak yang sehat—melainkan hilangnya cairan, massa otot, dan berkurangnya asupan kalori secara ekstrem. Tubuh pun ‘dipaksa’ bekerja di luar batas normal.

Akibatnya, metabolisme bisa melambat, tubuh kekurangan nutrisi penting, dan muncul gangguan seperti sembelit, pusing, hingga kelelahan hebat.

Gangguan Hormon hingga Efek Psikologis
Diet terlalu ketat juga dapat mengganggu keseimbangan hormon, terutama pada perempuan. Beberapa kasus menunjukkan siklus menstruasi yang tidak teratur, munculnya jerawat, dan bahkan gejala anemia ringan.

Selain itu, tekanan sosial untuk tampil kurus cepat sering menimbulkan kecemasan berlebihan dan hubungan tidak sehat dengan makanan.

Dokter Sarankan Pendekatan Seimbang
Alih-alih mengikuti tren yang belum tentu aman, dokter menyarankan untuk menjalankan diet berbasis gizi seimbang, disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing. Fokus bukan hanya pada angka timbangan, tapi juga kesehatan secara keseluruhan.

“Berat badan ideal itu bukan berarti harus kurus. Lebih penting menjaga pola makan yang bisa dipertahankan jangka panjang,” ujar dr. Aswin, spesialis nutrisi klinis.

Bijak dalam Konsumsi Konten Kesehatan
Masyarakat diimbau agar lebih kritis terhadap konten diet di media sosial. Tidak semua influencer memiliki latar belakang medis atau nutrisi yang tepat. Sebelum mencoba metode diet apapun, ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan terpercaya.