Sumber foto: Kompas.com

Lonjakan Harga Emas Bikin Pedagang Terjepit: Kisah Almas dan Pertarungan di Balik Etalase

Tanggal: 15 Apr 2025 05:40 wib.
Tamapng.com | Kenaikan harga emas yang fantastis membawa keuntungan bagi sebagian orang, namun bagi pedagang seperti Almas, justru menjadi sumber dilema dan pertengkaran dengan pelanggan.


Ketegangan di Tengah Kilau Etalase

Di balik gemerlap toko emas di Pasar Bukit Duri, Jakarta Selatan, tersimpan kisah perjuangan Almas (60), seorang pedagang emas yang telah puluhan tahun bertahan di tengah pasang surut harga logam mulia. Sore itu, di tengah pantulan cahaya dari perhiasan emas yang tertata rapi, Almas mengisahkan betapa rumitnya menjadi pedagang di tengah melonjaknya harga emas.

Tak jarang, senyum ramahnya harus berubah menjadi ekspresi penuh ketegangan saat menghadapi pelanggan yang kecewa. “Banyak yang nawar, ada juga yang emosi. Kita harus sabar banget,” ujarnya saat ditemui, Minggu (13/4/2025).


Ekspektasi Tinggi, Realita Tak Selalu Sama

Sumber masalah biasanya muncul dari pelanggan yang datang untuk menjual kembali emas lama mereka. Mereka berharap mendapatkan harga tinggi, bahkan menyamai harga pasar yang mereka lihat di televisi—saat ini tembus hingga Rp 1,8 juta per gram untuk emas 24 karat.

“Dulu mereka beli Rp 800.000 per gram, sekarang lihat harga Rp 1,8 juta, mereka kira bisa langsung jual segitu,” tutur Almas. Padahal, sebagai pedagang, ia juga harus memperhitungkan margin dan risiko. “Paling saya bisa beli di harga Rp 1,5 juta. Enggak bisa harga puncak.”


Tekanan untuk Tetap Bertahan

Almas mengaku sering merasa terpojok. Pelanggan menuntut harga tinggi, sementara ia sendiri menghadapi risiko kerugian. “Kalau harga naik, terus banyak yang jual emas lama, ya saya nombok,” katanya lirih. Bahkan ketika pelanggan rela dipotong ongkos produksi sekitar Rp 30.000, mereka tetap berharap bisa jual dengan harga mendekati pasar.

Meski demikian, Almas tidak pernah menolak. Setiap emas yang dibeli akan dibersihkan, dikilapkan ulang, lalu dipajang kembali, menanti pembeli baru. Proses itu menjadi rutinitas yang menuntut kesabaran luar biasa.


Di Tengah Gejolak Harga, Kesabaran Jadi Modal Utama

Kisah Almas menjadi potret nyata bagaimana lonjakan harga emas tidak selalu berarti keuntungan bagi semua pihak. Bagi pedagang seperti dirinya, itu justru memunculkan tekanan emosional, finansial, dan psikologis.

Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang dibangun bertahun-tahun, Almas tetap berdiri di balik etalase emasnya. “Namanya dagang, kita enggak boleh nyerah,” ucapnya sambil tersenyum, meski lelah tetap terpancar dari sorot matanya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved