Sumber foto: iStock

Laba Induk Barbie Melebihi Perkiraan Walau Pendapatan Turun

Tanggal: 27 Okt 2024 15:12 wib.
Mattel Inc, perusahaan produsen mainan Barbie dan mainan populer lainnya, melaporkan laba kuartal ketiga yang melebihi perkiraan para analis. Hal tersebut merupakan kabar baik meskipun penjualan yang dilaporkan lebih rendah dari yang diantisipasi, sehingga membuat perusahaan ini menurunkan proyeksi pendapatan untuk setahun penuh.

Laba dari perusahaan ini naik menjadi US$1,14 per saham, tidak termasuk beberapa item, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mattel dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu. Laba ini berhasil mengalahkan rata-rata perkiraan analis sebesar 94 sen yang dihimpun oleh Bloomberg. Mattel mempertahankan proyeksi laba setahun penuh tetap tidak berubah.

Namun, pendapatan perusahaan turun sebesar 3,9% menjadi US$1,84 miliar (sekitar Rp28 triliun) selama periode tersebut. Angka ini tidak sesuai dengan perkiraan analis sebesar US$1,86 miliar (sekitar Rp29 triliun). Sehingga, Mattel kini memperkirakan penjualan tahun ini akan stabil atau sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2023, yang berbeda dengan asumsi sebelumnya.

"Prioritas kami tahun ini adalah meningkatkan profitabilitas, memperluas margin, dan menghasilkan arus kas bebas yang signifikan," kata Chief Executive Officer Ynon Kreiz dalam sebuah wawancara. "Kami sukses dalam pelaksanaan program penghematan biaya kami."

Setelah pengumuman hasil tersebut, saham Mattel mengalami kenaikan sebesar 4,4% menjadi US$18,56 dalam perdagangan setelah jam kerja. Sebagian besar pertumbuhan laba perusahaan yang berbasis di El Segundo, California, pada kuartal ini merupakan hasil dari biaya yang lebih rendah, termasuk biaya rantai pasokan Mattel, menurut pernyataan dari Kreiz.

Perusahaan memperkirakan akan kembali mengalami pertumbuhan penjualan pada kuartal ini dan diharapkan melampaui industri mainan secara umum, kata Chief Financial Officer Anthony DiSilvestro dalam panggilan konferensi dengan investor. Namun, margin pada periode tersebut akan tertahan oleh inflasi dan peningkatan iklan, tambahnya.

Pada kuartal tersebut, terjadi penurunan penjualan di segmen boneka Mattel sebesar 14%, terutama karena penurunan permintaan untuk produk utamanya dibandingkan tahun lalu. Hal ini berkaitan dengan penayangan film Barbie karya Greta Gerwig yang mendorong pembelian pada tahun sebelumnya. Namun, bila dikecualikan tambahan pendapatan dari film Barbie, penjualan Mattel meningkat dari tahun sebelumnya, kata Kreiz.

Penjualan boneka dan produk bayi turun 3%, sementara penjualan kendaraan, didorong oleh popularitas mobil miniatur Hot Wheels, mengalami kenaikan sebesar 12%. Kinerja merek ini akan memperkuat pendapatan Mattel selama musim liburan yang krusial, kata Kreiz, bersama dengan permintaan untuk American Girl dan Fisher-Price, yang akan memperkenalkan produk baru.

Melalui wawancara, Kreiz juga menyampaikan harapannya bahwa saham Mattel akan naik seiring perusahaan kembali ke pertumbuhan penjualan pada tahun 2025. Mereka juga berencana untuk mengembangkan merek mainannya menjadi waralaba film dan televisi, mengikuti jejak kesuksesan film Barbie. Menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg, analis memperkirakan kenaikan sebesar 3% pada tahun 2025.

Saham perusahaan mainan ini diperdagangan di bawah puncak tertinggi yang dicapai pada tahun 2022 selama pandemi Covid-19, ketika keluarga terjebak di rumah dan orang tua membeli banyak produk untuk menghibur anak-anak mereka. Kesulitan yang dihadapi selama pandemi ini juga mempengaruhi penjualan dan pertumbuhan perusahaan.

Dari berbagai data dan siklus penjualan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa meskipun terjadi penurunan pendapatan, proyeksi laba yang melebihi perkiraan analis memberikan gambaran positif mengenai kinerja Mattel. Hal ini tentunya menjadi sinyal positif bagi perkembangan perusahaan ke depannya, terutama dengan strategi penghematan biaya yang sukses dan rencana pengembangan merek yang akan dilakukan oleh Mattel.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved