Kurs Rupiah Melemah Lagi, Tembus Rp16.200 per Dolar AS! Apa Dampaknya untuk Rakyat?
Tanggal: 19 Mei 2025 09:50 wib.
Tampang.com | Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali mencatatkan pelemahan signifikan. Pada perdagangan pekan ini, kurs rupiah menembus angka Rp16.200 per USD, level terendah sejak krisis pandemi. Situasi ini langsung memicu kekhawatiran soal harga kebutuhan pokok hingga kestabilan ekonomi nasional.
Apa Penyebab Pelemahan Rupiah?
Beberapa faktor global jadi pemicu utama, mulai dari sikap agresif The Fed dalam menaikkan suku bunga, lonjakan harga minyak dunia, hingga ketegangan geopolitik yang membuat dolar jadi instrumen lindung nilai (safe haven) utama.
Di sisi domestik, defisit neraca perdagangan dan tingginya permintaan dolar untuk impor juga memperparah tekanan terhadap rupiah.
Dampaknya Mulai Terasa di Pasar
Pelemahan rupiah membuat biaya impor barang naik drastis. Artinya, produk seperti elektronik, bahan bakar, hingga bahan baku industri berpotensi naik harga. Dalam waktu dekat, masyarakat bisa merasakan imbas dari lonjakan harga barang kebutuhan yang berasal dari luar negeri.
Pedagang eceran pun mulai mengeluh. “Barang dari luar semua naik, apalagi alat elektronik dan suku cadang,” ujar seorang pedagang di Glodok.
Rakyat Kecil Paling Terpukul
Konsumen akhir, terutama kalangan menengah ke bawah, jadi pihak paling rentan terdampak. Naiknya harga barang tidak selalu diiringi kenaikan pendapatan, sehingga daya beli masyarakat terancam melemah.
“Bensin naik, harga sembako ikut-ikutan. Gaji segitu-segitu saja,” keluh seorang warga yang menggantungkan hidup dari usaha kecil.
Langkah Pemerintah Dinanti
Bank Indonesia menyatakan akan terus melakukan intervensi di pasar valas dan menjaga stabilitas rupiah melalui kebijakan moneter. Namun, pengamat ekonomi menilai perlu langkah lebih konkret seperti efisiensi impor, dukungan terhadap UMKM lokal, dan insentif ekspor agar ketergantungan terhadap dolar bisa dikurangi.