Kok Bisa? Harga Cabai Tiba-Tiba Meroket di Tengah Musim Panen, Petani Justru Bingung
Tanggal: 19 Mei 2025 09:50 wib.
Tampang.com | Harga cabai merah dan rawit mendadak meroket di berbagai pasar tradisional, bahkan di tengah masa panen raya. Ironisnya, petani justru mengaku bingung dan tidak sepenuhnya menikmati lonjakan harga ini.
Harga Naik Tajam, Tembus Rp120.000 per Kilogram
Di sejumlah kota besar, harga cabai rawit merah melambung hingga Rp120.000/kg, sedangkan cabai merah besar tembus Rp90.000/kg. Padahal, saat panen raya seperti sekarang, harga biasanya cenderung turun.
Lonjakan ini sontak memicu keluhan dari masyarakat, khususnya para ibu rumah tangga yang harus memutar otak menyesuaikan anggaran dapur.
Petani Justru Tidak Dapat Untung Maksimal
Alih-alih diuntungkan, banyak petani justru mengeluh karena harga jual dari tangan pertama masih tergolong rendah. Tengkulak dan rantai distribusi dinilai sebagai penyebab utama disparitas harga dari kebun ke pasar.
“Cabai saya dijual cuma Rp30.000 di tingkat petani, tapi di pasar bisa tiga kali lipat,” keluh seorang petani di daerah Jawa Timur.
Rantai Distribusi Jadi Biang Kerok?
Ekonom pertanian menilai sistem distribusi yang panjang dan tidak efisien menyebabkan harga cabai mudah bergejolak. Setiap lapisan dalam rantai pasok mengambil margin besar, sehingga harga di tingkat konsumen bisa melonjak tinggi.
Pemerintah dinilai perlu turun tangan memotong rantai distribusi agar harga lebih stabil dan petani mendapatkan nilai jual yang lebih adil.
Efek ke Inflasi Pangan Mulai Terasa
Lonjakan harga cabai turut memicu kenaikan inflasi kelompok bahan pangan. Ini bisa berdampak domino pada daya beli masyarakat, terutama menjelang musim libur dan hari besar nasional yang biasanya diikuti lonjakan konsumsi.