Ketika Big Tech China Meredam Ambisi Kripto: Mandeknya Stablecoin dari Ant & JD
Tanggal: 22 Okt 2025 20:10 wib.
Di tengah gejolak inovasi keuangan digital global, dua raksasa perusahaan teknologi China AntGroup dan JD.com harus menahan langkah besar mereka: rencana penerbitan stablecoin di HongKong akhirnya ditunda setelah mendapat intervensi dari otoritas keuangan China. detikfinance
Ambisi yang Dibendung
AntGroup dan JD.com sebelumnya telah menyatakan rencana untuk berpartisipasi dalam program percontohan penerbitan stablecoin di HongKong, yang ditujukan untuk memanfaatkan regulasi yang mulai dibuka terkait mata uang kripto yang dipatok (stablecoin). detikfinance Namun, munculnya instruksi dari People’sBankofChina (PBOC) dan CyberspaceAdministrationofChina (CAC) kepada kedua perusahaan tersebut untuk tidak melanjutkan rencana tersebut menjadi titik balik. detikfinance
PBOC dan CAC khawatir bahwa grupteknologi (techgiant) dan broker bisa memperoleh terlalu besar kendali atas mata uang digital jika mereka ikut menerbitkan stablecoin. Konteksnya: HongKong sendiri telah melewati legislasi pada Mei 2025 terkait stablecoin, dengan mekanisme lisensi melalui HongKongMonetaryAuthority (HKMA). detikfinance
Kenapa China Bersikap HatiHati?
Beberapa faktor yang mendorong sikap hatihati Beijing:
Kontrol moneter: Salah satu keprihatinan terbesar adalah bahwa penerbitan stablecoin oleh entitas nonbank besar bisa melemahkan kontrol bank sentral atas sistem uang.
Risiko sistemik dan keamanan: Kripto — meskipun stablecoin — masih dipandang sebagai potensi gangguan terhadap stabilitas keuangan dan dapat membuka celah pencucian uang atau arus modal liar.
Kedaulatan data dan keamanan digital: Techgiant atas stablecoin bisa berarti penguasaan data pembayaran yang besar, yang mungkin bertentangan dengan kebijakan nasional China akan keamanan siber.
Persaingan global mata uang: China sendiri telah memprioritaskan pengembangan yuan digital (eCNY). Memberi ruang besar kepada perusahaan teknologi domestik maupun asing untuk stablecoin mungkin dianggap bisa menantang agenda moneter nasional.
Dengan demikian, instruksi untuk menahan rencana ini bisa diartikan sebagai upaya China menjaga keseimbangan antara inovasi fintech dan kontrol regulasi keuangan yang ketat.
Implikasi bagi Ant &JD serta Industri Stablecoin
Bagi AntGroup dan JD.com, penundaan ini bisa berarti:
Revisi strategi: Keduanya mungkin harus menyesuaikan waktu dan ruang gerak dalam mengejar rencana stablecoin, mungkin fokus ke layanan internal atau pasar terbatas dulu.
Kerugian peluang pasar: Stabilcoin yang diluncurkan dari pelopor seperti mereka bisa mendapatkan keunggulan dalam layanan pembayaran lintas batas dan ecommerce. Penundaan berarti kesempatan itu melemah untuk sementara.
Tanda bagi pemain global: Keputusan China menunjukkan bahwa meskipun regulasi terlihat terbuka (seperti di HongKong), langkah konkret masih dapat dipengaruhi oleh kebijakan negara asal.
Lebih luas, industri stablecoin global harus menyadari: regulasi besarbesarannya tetap ditentukan oleh negaranegara yang berdaulat. Institusi seperti HKMA sudah menetapkan lisensi bagi penerbit stablecoin yang didukung fiat. detikfinance Namun, kelonggaran itu dapat berubah seketika bila regulasi nasional yang lebih tinggi merasa ada risiko.
Perspektif dari Indonesia
Untuk Indonesia, kisah ini punya beberapa pelajaran penting:
Inovasi fintech tidak bisa dilepaskan dari kerangka regulasi nasional. Jika regulator melihat potensi risiko besar (moneter atau keamanan), maka hambatan bisa muncul.
Peluang penggunaan stablecoin atau mata uang digital di Asia akan sangat terpengaruh oleh keputusan negara besar seperti China. Artinya, strategi pemain lokal harus mempertimbangkan lanskap regulasi regional.
Porsi inovasi (seperti integrasi keecommerce, pembayaran lintas benua) tetap seksi, tetapi harus diimbangi dengan kepastian regulasi yang jelas agar risiko teredam.
Keputusan China untuk menahan rencana penerbitan stablecoin oleh AntGroup dan JD.com menegaskan bahwa meskipun teknologi bergerak cepat, regulasi finansial tetap akan mengikat. Inovasi tidaklah otomatis melaju tanpa hambatan ketika menyentuh ranah moneter dan kedaulatan nasional. Bagi pelaku fintech, baik di China maupun di negaralain, dinamika ini menegaskan bahwa keberhasilan bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal navigasi kebijakan. Perkembangan selanjutnya apakah Ant dan JD akan mencari jalan kembali atau memilih pendekatan berbeda akan sangat menarik untuk diikuti.