Kesepakatan Tarif AS-China Beri Kelegaan bagi Pelaku Pasar
Tanggal: 13 Mei 2025 22:28 wib.
Tampang.com | Amerika Serikat dan China akhirnya mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif secara signifikan atas produk satu sama lain. Kesepakatan ini akan berlaku sementara selama 90 hari dan dianggap sebagai langkah penting untuk meredakan ketegangan perdagangan antara dua negara terbesar di dunia. Langkah ini memberikan kelegaan yang besar bagi pelaku pasar yang sebelumnya khawatir dengan dampak perang dagang yang terus berlanjut.
Penurunan Tarif Signifikan antara AS dan China
Kesepakatan tarif ini dihasilkan setelah negosiasi panjang pada akhir pekan lalu di Jenewa, Swiss. Tarif yang dikenakan AS terhadap produk China turun drastis dari 145 persen menjadi 30 persen. Sementara itu, tarif China terhadap produk AS mengalami penurunan dari 125 persen menjadi 10 persen. Namun, ada pengecualian, yaitu tarif 20 persen tetap diberlakukan untuk produk terkait fentanyl asal China. Selain itu, China juga mencabut beberapa langkah non-tarif, termasuk pembatasan ekspor mineral tanah jarang dan investigasi anti-monopoli terhadap perusahaan AS seperti DuPont.
Dampak Positif Terhadap Pasar Global
Kesepakatan ini langsung disambut baik oleh pasar global. Indeks Dow Futures melonjak lebih dari 2 persen, S&P 500 Futures naik hampir 3 persen, dan Nasdaq Futures meningkat 3,5 persen. Di Asia, pasar sudah lebih dulu menguat, dengan Indeks Hang Seng (Hongkong) naik sekitar 3 persen. Sementara itu, Dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya, dan harga emas mengalami penurunan karena permintaan terhadap aset lindung nilai berkurang.
Langkah Ini Diharapkan Meredakan Ketegangan Ekonomi Global
Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, menilai kesepakatan ini sebagai skenario terbaik setelah kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengganggu pasar, merusak rantai pasok, dan meningkatkan kekhawatiran akan resesi global. "Pasar langsung menyikapi positif dengan serentak menghijau," ujar Liza dalam riset tertulis yang dikutip pada Selasa (13/5/2025).
Tantangan Ekonomi yang Dihadapi AS dan China
Perang dagang antara AS dan China telah memberi dampak signifikan terhadap ekonomi kedua negara. Produk domestik bruto (PDB) AS tercatat mengalami kontraksi kuartalan pertama sejak 2022, yang disebabkan oleh lonjakan impor yang dilakukan untuk menghindari tarif. Sementara itu, ekspor China ke AS anjlok, merugikan sektor manufaktur, dan menyebabkan aktivitas pabrik China menyusut pada tingkat tercepat dalam 16 bulan terakhir.
Forum Lanjutan untuk Negosiasi Perdagangan
Kedua negara sepakat untuk membentuk forum lanjutan yang akan membahas isu-isu perdagangan lebih lanjut. Forum ini akan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China He Lifeng, Menteri Keuangan AS Scott Bessent, dan perwakilan dagang AS Jamieson Greer. Rencana untuk menggelar pertemuan ini bisa berlangsung di AS, China, atau negara ketiga, dan juga akan ada diskusi teknis di tingkat pejabat menengah. Sikap China yang lebih lunak dalam negosiasi ini membuka peluang bagi tercapainya kesepakatan perdagangan yang lebih permanen di masa depan.
Dengan kesepakatan ini, diharapkan ketegangan perdagangan antara AS dan China dapat mereda, memberikan harapan baru bagi perekonomian global yang terdampak selama beberapa tahun terakhir.