Kesepakatan Dagang AS-China Dongkrak Saham Global, Tekan Emas dan Yen
Tanggal: 13 Mei 2025 22:36 wib.
Tampang.com | Pasar saham global melonjak pada Senin (8/5/2025) usai tercapainya kesepakatan dagang sementara antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara sepakat menurunkan tarif impor secara signifikan demi meredakan ketegangan perdagangan yang selama ini mengganggu stabilitas ekonomi global.
Tarif Impor Diturunkan Tajam
Dalam pertemuan yang berlangsung akhir pekan lalu di Jenewa, Amerika Serikat sepakat memangkas tarif atas produk asal China dari 145 persen menjadi 30 persen. Sebagai timbal balik, China menurunkan bea masuk dari 125 persen menjadi 10 persen. Kesepakatan ini berlaku selama masa negosiasi selama 90 hari ke depan.
Saham Melonjak, Aset Aman Tertekan
Respon pasar sangat positif. Di Wall Street, indeks S&P 500 naik 3,3 persen, sementara Nasdaq—yang sarat saham teknologi—melonjak 4,4 persen. Nada optimistis dari pernyataan bersama Washington dan Beijing meningkatkan kepercayaan investor global.
Sebaliknya, aset yang biasanya menjadi pelarian saat krisis menunjukkan pelemahan. Yen Jepang turun 2,1 persen menjadi 148,39 per dollar AS, sedangkan franc Swiss melemah 1,8 persen. Indeks dollar AS naik 1,17 persen, mencerminkan penguatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama.
Harga Emas dan Minyak Bereaksi
Harga emas spot ikut turun tajam sebesar 2,7 persen ke level 3.234,8 dollar AS per ons, jauh di bawah rekor tertinggi bulan lalu yang mencapai 3.500 dollar AS. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman bulan depan naik 1,9 persen ke angka 65,10 dollar AS per barel—kenaikan signifikan dibandingkan pekan sebelumnya di kisaran 57 dollar AS.
Analis: “Ini Belum Akhir Cerita”
Meski pasar menyambut antusias, sejumlah analis memperingatkan bahwa kesepakatan ini belum tentu akan bertahan lama. Indeks MSCI global memang naik 2 persen, namun pengalaman pada periode 2018–2019 menunjukkan bahwa kesepakatan serupa pernah gagal dilanjutkan.
Sheldon MacDonald, Kepala Investasi di Marlborough, menilai tarif 30 persen yang masih dipertahankan AS tetap menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi. “Ancaman resesi belum sepenuhnya sirna,” ujarnya.
Obligasi dan Reaksi Politik
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik hampir 10 basis poin, diikuti lonjakan serupa pada obligasi Jerman dan Inggris. Analis di Citi menekankan bahwa tidak semua pendukung Trump setuju dengan kompromi ini, menandakan potensi gesekan politik ke depan.
John Praveen, Direktur Pelaksana Paleo Leon, menyatakan, “Kesepakatan ini akan lebih solid jika Trump dan Presiden Xi Jinping bertemu langsung dan berjabat tangan. Saat itulah, pasar bisa benar-benar merasa aman.”