Kenaikan Harga Pangan Tak Terbendung, Warga Kian Tertekan!
Tanggal: 18 Mei 2025 17:57 wib.
Tampang.com | Harga kebutuhan pokok seperti beras, cabai, dan telur kembali melonjak tajam di berbagai daerah. Fenomena ini memicu keluhan luas dari masyarakat yang merasa beban hidup semakin berat. Kenaikan harga ini terjadi di tengah belum pulihnya daya beli masyarakat usai pandemi dan tekanan ekonomi global.
Daya Beli Tertekan, Warga Mengeluh
Di pasar tradisional, harga beras premium kini tembus Rp17.000 per kilogram. Cabai rawit mencapai Rp90.000, dan telur ayam menembus Rp35.000 per kilogram. Banyak warga terpaksa mengurangi konsumsi atau memilih bahan makanan alternatif yang lebih murah.
“Sudah gaji tidak naik, sekarang belanja makin mahal. Setiap hari harus hitung ulang pengeluaran,” keluh Nurhayati, ibu rumah tangga di Bekasi.
Inflasi dan Distribusi Jadi Sorotan
Pakar ekonomi menyebut persoalan ini disebabkan oleh distribusi yang belum efisien serta dampak inflasi global. Selain itu, minimnya kontrol harga dari pemerintah membuat spekulan bebas memainkan pasar.
“Pemerintah perlu memperkuat pengawasan logistik dan pasokan pangan dari hulu ke hilir agar tak terus menyengsarakan rakyat,” ungkap Yudha Pratama, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia.
Solusi: Subsidi dan Intervensi Pasar
Sejumlah pihak mendorong pemerintah untuk segera turun tangan melalui intervensi pasar dan pemberian subsidi langsung kepada masyarakat rentan. Jika tidak, dikhawatirkan krisis sosial bisa terjadi di tengah kelesuan ekonomi.
Warga Butuh Kepastian, Bukan Janji
Kenaikan harga yang berulang dianggap sebagai bukti lemahnya ketahanan pangan nasional. Warga kini berharap pemerintah tak lagi memberi janji kosong, melainkan aksi nyata untuk menekan harga dan menjamin kestabilan pangan.