Kemenkeu Berencana Terbitkan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond: Diversifikasi Pembiayaan di Tengah Ketidakpastian Global
Tanggal: 28 Mei 2025 20:34 wib.
Tampang.com | Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia tengah merencanakan penerbitan dua macam surat utang atau obligasi dalam mata uang asing selain dollar AS. Kedua obligasi inovatif itu adalah Dimsum Bond, yang akan menggunakan mata uang yuan atau renminbi China (RMB), dan Kangaroo Bonds, yang akan menggunakan dollar Australia (AUD).
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono menjelaskan, penerbitan dua obligasi global ini merupakan langkah strategis sebagai diversifikasi instrumen pembiayaan. Saat ini, instrumen pembiayaan Indonesia masih didominasi oleh dollar AS, sehingga diversifikasi ini penting untuk memitigasi risiko di tengah ketidakpastian global yang terus bergejolak.
"(Alasannya untuk) diversifikasi dengan segala gonjang-ganjing dunia yang tidak baik buat kita," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (27/5/2025). Pernyataan ini menunjukkan kesadaran pemerintah akan pentingnya ketahanan fiskal di tengah gejolak ekonomi global.
Dimsum Bond dan Kangaroo Bond rencananya akan diterbitkan pada tahun ini. Namun, Thomas menegaskan bahwa pemerintah masih menunggu kondisi pasar yang tepat untuk meluncurkan kedua obligasi tersebut.
Pasalnya, saat ini kondisi imbal hasil (yield) obligasi tengah mengalami perubahan yang sangat cepat dan dinamis. Pemerintah perlu mencermati pergerakan pasar agar penerbitan obligasi dapat optimal dan menguntungkan negara.
Berdasarkan catatan Kemenkeu, yield obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) per 21 Mei 2025 lalu berada di level 6,85 persen untuk tenor 10 tahun dan 6,96 persen untuk tenor 2 tahun. Angka ini menunjukkan kondisi pasar yang perlu dipertimbangkan secara matang.
Posisi yield obligasi Indonesia tercatat turun 15 basis poin secara year to date dan terkontraksi 17 basis poin dibandingkan posisi 2 April 2025. Meskipun demikian, yield obligasi Indonesia masih berada di bawah target APBN 2025 yang sebesar 7 persen, sebuah indikator positif.
"Semua sedang kita lihat kondisinya. Kondisi yield sedang berubah total, nanti kita lihat kondisi market," ungkap Thomas, menekankan kehati-hatian pemerintah dalam mengambil keputusan.
Sebagai informasi, sebelumnya pemerintah juga telah menerbitkan Samurai Bond dengan denominasi yen Jepang (JPY) senilai 103,2 miliar yen Jepang atau setara 725 juta dollar AS pada 23 Mei 2025. Penerbitan Samurai Bond ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mendiversifikasi sumber pembiayaan.
Samurai Bond diterbitkan dalam lima tenor, yaitu 3, 5, 7, 10, dan 20 tahun, dengan yield masing-masing sebesar 1,56 persen, 1,87 persen, 2,05 persen, 2,35 persen, dan 3,26 persen. Keberhasilan penerbitan Samurai Bond menjadi preseden positif bagi rencana penerbitan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond di masa mendatang.