Kalimantan Kurang Subur, Prabowo Mau Pindahkan Food Estate ke Papua
Tanggal: 26 Sep 2024 10:55 wib.
Program lumbung pangan nasional atau food estate yang sejak awal direncanakan akan dikembangkan di Kalimantan, kini dikabarkan akan dialihkan ke Merauke. Hal ini diungkapkan oleh anggota dewan pakar TKN Prabowo, Drajad Wibowo, yang juga merupakan seorang ekonom senior di INDEF. Menurutnya, tanah di Kalimantan dinilai kurang subur dan mengalami berbagai persoalan, seperti kurangnya top soil untuk beberapa jenis tanaman.
Drajad menjelaskan bahwa tanah di Kalimantan kurang cocok untuk beberapa jenis tanaman, sehingga membuat pemerintah Prabowo memutuskan untuk mengalihkan pengembangan program lumbung pangan nasional ke Merauke. Meskipun tanah di Merauke diakui masih memiliki kekurangan dari sisi infrastruktur pendukungnya, namun dari segi agrikultur, tanah di Merauke dinilai lebih baik daripada di Kalimantan.
Menurut Drajad, tanah di Merauke memiliki karakteristik yang lebih memungkinkan untuk pengembangan program food estate. Dia menyebut bahwa Merauke memiliki tanah yang lebih datar dan luas, ideal untuk menanam berbagai komoditas pangan seperti singkong, tebu, dan tanaman lainnya. Drajad juga memastikan bahwa program ini akan melibatkan banyak pihak swasta untuk memperkuat infrastruktur terlebih dahulu, karena infrastruktur yang masih kurang di Merauke, seperti aksesibilitas yang rendah dan persoalan logistik dalam distribusi hasil pertanian.
Lebih lanjut, Drajad juga menyebutkan bahwa anggaran ketahanan pangan meningkat 8,83% pada 2025 menjadi Rp 124,4 triliun dari Rp 114,3 triliun pada tahun sebelumnya. Anggaran ini akan digunakan untuk penguatan seluruh lini proses penguatan pangan di Indonesia pada tahun pertama masa jabatan Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, menjelaskan bahwa anggaran tersebut akan digunakan untuk berbagai kegiatan termasuk praproduksi, produksi, distribusi, hingga harga pangan di tingkat konsumen. Dia menjelaskan bahwa anggaran dari sisi praproduksi akan digunakan untuk memberikan subsidi pupuk kepada para petani, bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), bantuan benih, pemberian kredit usaha rakyat (KUR), hingga subsidi resi gudang.
Dari sisi produksi, anggaran tersebut akan digunakan untuk penguatan program food estate, cetak sawah, pengembangan kawasan padi dan jagung, pembangunan bendungan, jaringan irigasi, embung, perluasan lahan pertanian, hingga asuransi pertanian. Sementara dari sisi distribusi, anggaran ketahanan pangan juga akan dialokasikan untuk perbaikan sistem logistik, penguatan konektivitas pelabuhan, akses jalan, perbaikan jalanan, jalur kereta api, hingga cold storage untuk perikanan.
Dalam konteks tingkat konsumen, anggaran ini juga akan digunakan untuk berbagai program termasuk pemberian makanan bergizi gratis, kartu sembako, dan pemberian makanan untuk balita yang berisiko stunting.