Sumber foto: Unsplash

Kabar Baik Pekan Ini, Rupiah Bangkit Perkasa Tekuk Dolar ke Rp16.275

Tanggal: 6 Jul 2024 18:22 wib.
Di sepanjang pekan ini, rupiah terpantau bergairah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), melanjutkan penguatannya dari pekan lalu seiring membaiknya sentimen pasar global dan dalam negeri. Menurut Refinitiv, rupiah menguat 0,58% secara point-to-point (ptp) terhadap dolar AS. Hal ini merupakan kelanjutan dari penguatan yang terjadi pada pekan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat yang lalu, rupiah ditutup menguat 0,31% di level Rp 16.275/US$.

Penguatan rupiah pada pekan ini terjadi berkat membaiknya sentimen pasar global dan dalam negeri. Meski demikian, nilai rupiah masih belum mampu mencapai level psikologis Rp 16.000/US$. Di akhir pekan ini, sentimen positif yang mendukung penguatan rupiah berasal dari kenaikan cadangan devisa (cadev) Indonesia pada bulan Juni lalu. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa cadangan devisa RI pada bulan tersebut meningkat menjadi US$ 140,2 miliar, naik sebesar US$ 1,2 miliar dari bulan sebelumnya.

Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono menyatakan bahwa kenaikan cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak, penerimaan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Hal ini terjadi di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah yang masih diwarnai oleh tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Erwin menegaskan bahwa posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

BI percaya bahwa cadangan devisa yang besar tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Hal ini dinilai positif oleh pelaku pasar, karena dengan besarnya cadangan devisa, tekanan terhadap rupiah dapat diredam atau distabilisasi.

Seiring dengan penguatan rupiah, kabar baik juga datang dari Amerika Serikat (AS). Data ekonomi dan tenaga kerja AS yang mulai menunjukkan perlambatan, serta optimisme pasar global akan pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), turut memberikan kontribusi positif bagi penguatan rupiah.

Risalah pertemuan The Fed edisi Juni mengakui bahwa perekonomian AS tampaknya melambat dan "tekanan harga berkurang", namun tetap menyarankan pendekatan wait and see sebelum melakukan penurunan suku bunga. The Fed masih memerlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga, untuk memastikan bahwa inflasi yang lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa yang terjadi pada tekanan harga. Menurut data perangkat FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebanyak dua kali pada tahun ini mencapai 59,9%.

Dengan adanya indikasi perlambatan ekonomi AS dan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed, hal ini memberikan dorongan tambahan bagi penguatan rupiah. Para pelaku pasar global semakin yakin bahwa The Fed dapat memangkas suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada tahun ini, dengan pemangkasan pertama dijadwalkan pada pertemuan September. Selanjutnya, pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekalilagi.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved