Jurus Baru Xi Jinping Genjot Perekonomian China
Tanggal: 27 Jul 2024 15:35 wib.
Presiden China, Xi Jinping, telah mengeluarkan langkah-langkah baru dalam upaya menggenjot perekonomian negaranya. Hal ini dilakukan untuk mengatasi lesunya konsumsi sejak pandemi virus corona melanda. Salah satu kebijakan yang diumumkan ialah alokasi dana sebesar 300 miliar yuan, atau sekitar Rp678 triliun, dalam bentuk obligasi pemerintah ultra-panjang. Dokumen resmi tersebut diterbitkan oleh badan perencanaan ekonomi China, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, serta Kementerian Keuangan.
Langkah pertama dalam kebijakan tersebut adalah menggandakan subsidi untuk pembelian kendaraan berbahan bakar energi baru dan kendaraan berbahan bakar tradisional. Subsidi tersebut meningkat menjadi 20.000 yuan dan 15.000 yuan per mobil masing-masing. Selain itu, kebijakan ini juga memberikan subsidi untuk berbagai peningkatan peralatan, termasuk peralatan pertanian dan lift apartemen. Pihak berwenang mencatat bahwa sekitar 800.000 lift di China telah digunakan selama lebih dari 15 tahun, dan 170.000 di antaranya telah digunakan selama lebih dari 20 tahun.
Selain itu, kebijakan tersebut juga menetapkan subsidi khusus untuk renovasi rumah dan pembelian berbagai peralatan rumah tangga seperti kulkas, mesin cuci, televisi, komputer, dan AC. Dokumen resmi tersebut menjelaskan bahwa setiap konsumen dapat menerima subsidi hingga 2.000 yuan untuk setiap pembelian dalam setiap kategori.
Pemerintah China juga menegaskan bahwa alokasi dana sekitar 300 miliar yuan yang diterbitkan dalam bentuk obligasi jangka panjang akan digunakan sebagai subsidi. Namun, kebijakan ini juga mencatat bahwa pemerintah pusat akan mengambil kembali dana yang tidak terpakai pada akhir tahun 2024.
Kepala peneliti Bank of China, Zong Liang, menanggapi kebijakan baru ini dengan mengatakan, "Tidak pernah ada langkah-langkah khusus seperti itu yang ditujukan untuk konsumsi." Ia juga menekankan bahwa kebijakan ini menunjukkan tekanan bagi masyarakat untuk belanja lebih banyak.
Zong juga menyoroti bahwa penetapan dana sebesar 300 miliar yuan mencerminkan "cara berpikir baru" yang dapat berdampak dalam skala besar. Dalam hal ini, ia juga menghubungkan kebijakan baru ini dengan program obligasi ultra-panjang yang diumumkan pada Maret, yang memiliki tujuan untuk mendukung konsumsi.
Langkah-langkah ekonomi baru ini diambil dalam konteks kekhawatiran terhadap lesunya konsumsi masyarakat China. Pasalnya, penurunan konsumsi disebabkan oleh ketidakpastian mengenai pendapatan masa depan dan kondisi pasar real estat yang mengalami penurunan. Data menunjukkan bahwa penjualan eceran di Tiongkok hanya tumbuh sebesar 2% dari tahun ke tahun pada bulan Juni, hal ini dianggap kurang ideal menurut para analis.
Untuk mencapai target ekonomi nasional, China juga telah memangkas suku bunga oleh Bank Rakyat China (PBoC) dan mengumumkan kebijakan yang diperluas untuk mendukung konsumsi. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendorong konsumsi, menyerap hasil dari industri, serta memperkuat pertumbuhan ekonomi demi mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5%.
Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil menjadi perhatian dunia karena China memiliki dampak yang besar dalam perekonomian global. Langkah-langkah ini juga memperlihatkan komitmen pemerintah China dalam memperkuat ekonomi negaranya. Pada akhirnya, kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi China dan membantu mengatasi kesulitan ekonomi yang timbul akibat pandemi COVID-19.