Join Venture Pertamina Selesai Akhir 2017
Tanggal: 6 Sep 2017 17:26 wib.
PT Pertamina (Persero) menargetkan pembentukan dua perusahaan patungan (joint venture/JV), masing-masing dengan Saudi Aramco dan Rosneft bisa rampung pada akhir 2017.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman menuturkan, langkah itu merupakan kelanjutan dari kesepakatan JV Development Agreement dengan kedua mitra.
Pertamina telah menandatangani kesepakatan JV dengan Saudi Aramco untuk proyek penambahan kapasitas dan kompleksitas kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) Cilacap pada 22 Desember 2016.
Pertamina juga sepakat membentuk JV dengan Rosneft Oil Company untuk pembangunan kilang baru di Tuban, 4 Oktober 2016.
"Mudah-mudahan tahun ini bisa dibentuk joint venture-nya," ungkap Arief ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (5/9).
Ia melanjutkan, Rosneft sangat berniat membentuk JV sebelum memulai proyek kilang Tuban. Nantinya, pendanaan proyek akan dialirkan melalui kantong perusahaan patungan itu. Selama ini biaya pembangunan kilang yang telah digelontorkan dibagi dua antara Rosneft dan Pertamina.
Jika nanti JV terbentuk, maka kedua perusahaan sepakat menyuntik dana tambahan lagi ke anak perusahaan. "Mungkin pendanaan yang bisa dilakukan anak usaha lebih untuk membiayai Basic Engineering Design (BED)," ujarnyanya.
Berbeda dengan Rosneft, Saudi Aramco malah menginginkan JV dibentuk setelah proyek RDMP Cilacap memasuki fase Final Investment Decision (FID). Meski demikian, Pertamina menerima keputusan Saudi Aramco selama proyek itu berjalan lancar.
"Yang penting proyeknya jadi," tambah Arief.
Porsi kepemilikan Pertamina tak berubah yakni 55 persen untuk kedua proyek. Selain itu, satu hal yang masih dibahas perusahaan adalah jadi atau tidaknya Pertamina mengempit hak partisipasi di lapangan Chavyo dan Russkoye di Rusia sebagai bagian dari kesepakatan pengembangan kilang Tuban dengan Rosneft.
Sesuai JVDA tahun lalu, Pertamina diperkenankan mendapatkan hak partisipasi sebesar 20 persen di lapangan Chavyo dan 37,5 persen di Russkoye. Belakangan, Pertamina harus mengubur keinginan tersebut karena tidak ekonomis, sebab masih harus ada pajak akuisisi yang perlu dibayar perusahaan.
"Masalah hulu migas ini yang masih dibahas dengan Rosneft. Bagi kami, kalau barangnya bagus ya kami ambil, kalau tidak ya sudah," pungkasnya.
Proyek RDMP Cilacap rencananya bisa menambah kapasitas produksi dari 350 ribu barel per hari ke angka 400 ribu barel per hari. Sementara itu, proyek kilang baru di Tuban diharapkan memiliki kapasitas sebesar 300 ribu barel per hari.
Kedua proyek tersebut merupakan bagian dari megaproyek kilang Pertamina yang diharapkan bisa memiliki kapasitas sebesar 2,3 juta barel per hari pada tahun 2025 mendatang. Saat ini, kapasitas kilang existing Pertamina tercatat 1,04 juta barel.