Sumber foto: Google

Jetstar Asia Tutup Per 31 Juli, 500 Karyawan Terancam PHK

Tanggal: 14 Jun 2025 06:15 wib.
Maskapai berbasis Singapura, Jetstar Asia, resmi mengumumkan penutupan operasinya yang akan dilakukan pada 31 Juli 2025. Keputusan ini diambil oleh Qantas Group, pemilik Jetstar, sebagai respons terhadap lonjakan biaya pemasok, tarif bandara yang semakin mahal, serta persaingan yang semakin ketat antar maskapai berbiaya rendah. Penutupan yang dijadwalkan ini akan berdampak signifikan, tidak hanya pada operasional maskapai, tetapi juga terhadap lebih dari 500 karyawan yang terancam terkena gelombang PHK.

Jetstar Asia berencana untuk terus beroperasi selama tujuh minggu ke depan, memberikan sedikit waktu bagi staf dan pelanggan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang akan datang. Maskapai ini melayani total 16 rute internasional yang mencakup negara-negara seperti Malaysia, Indonesia, Jepang, dan Australia. Dengan penutupan ini, para pelanggan yang telah membeli tiket aktif akan mendapatkan tawaran pengembalian dana penuh. Qantas Group juga menyatakan akan berusaha untuk membantu menempatkan karyawan Jetstar Asia ke maskapai lain bila memungkinkan, meskipun situasi ini tetap menjadi tantangan besar bagi mereka.

Keputusan untuk menutup Jetstar Asia merupakan langkah yang menyedihkan bagi industri penerbangan di kawasan Asia. Sejak awal berdirinya, maskapai ini telah menjadi pilihan bagi banyak pelancong yang mencari layanan penerbangan dengan biaya terjangkau. Namun, dengan meningkatnya biaya operasional dan daya saing yang semakin ketat di pasar, kondisi ini membuat bisnis maskapai menjadi tidak berkelanjutan.

Gelombang PHK yang terjadi akibat penutupan ini diharapkan menjadi perhatian bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi bagi karyawan yang kehilangan pekerjaan. Banyak dari para staf Jetstar Asia telah lama bekerja untuk maskapai ini, dan kehilangan pekerjaan tentunya akan berdampak pada kehidupan mereka dan keluarga mereka. 

Konteks persaingan di pasar penerbangan berbiaya rendah semakin kompleks. Beberapa maskapai lain yang juga beroperasi di kawasan Asia, seperti AirAsia dan Scoot, mampu bertahan di tengah tekanan biaya, sementara Jetstar Asia tampaknya tidak dapat menemukan cara untuk tetap kompetitif. Lonjakan tarif bandara menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan masalah ini, di mana biaya yang tinggi dapat menggerus margin keuntungan maskapai.

Qantas Group tidak hanya berfokus pada penutupan Jetstar Asia tetapi juga berinvestasi dalam strategi untuk meningkatkan efisiensi operasional pada segmen penerbangan lainnya. Meskipun keputusan ini menimbulkan kerugian dan tantangan bagi banyak pihak, baik karyawan maupun penumpang, fokus pada pertumbuhan dan kelangsungan bisnis di masa depan tetap menjadi prioritas utama bagi Qantas.

Dalam beberapa tahun terakhir, pasar penerbangan Asia telah mengalami banyak perubahan dramatis. Dengan keputusan yang diambil oleh Qantas Group untuk menutup Jetstar Asia, diharapkan akan ada evaluasi lebih lanjut terhadap pendekatan dan strategi yang diambil oleh maskapai lain untuk memastikan keberlangsungan dalam menghadapi tantangan yang serupa. Keputusan ini tentunya akan menjadi sorotan penting dalam industri penerbangan di kawasan Asia, terutama terkait dengan efisiensi, strategi kompetisi, dan keberlanjutan operasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved