Jelang Idul Adha, Harga Daging Sapi Tembus Rp160 Ribu! Masyarakat Menjerit
Tanggal: 13 Mei 2025 19:21 wib.
Tampang.com | Lonjakan harga daging sapi kembali menghantui masyarakat menjelang Hari Raya Idul Adha. Di sejumlah pasar tradisional Jakarta, Bandung, dan Surabaya, harga daging mencapai Rp150–160 ribu per kilogram. Kondisi ini membuat masyarakat menjerit dan pedagang kecil kesulitan menjaga stabilitas pasokan.
Fenomena Musiman yang Tak Pernah Diantisipasi Serius
Setiap menjelang Idul Adha dan Lebaran, harga daging sapi memang cenderung naik. Namun, tahun ini lonjakannya dianggap terlalu tajam dan terjadi lebih cepat. Pemerintah dinilai belum memiliki strategi jangka panjang untuk menstabilkan harga secara preventif.
“Setiap tahun sama saja. Jelang hari besar, harga naik gila-gilaan. Pemerintah seperti tidak belajar dari pengalaman,” ujar Hendra, pedagang daging di Pasar Kiaracondong, Bandung.
Distribusi dan Impor yang Tidak Efisien
Salah satu penyebab lonjakan harga adalah ketergantungan pada impor daging dan lemahnya sistem distribusi lokal. Daging dari Australia dan India memang masuk sebagai penyeimbang stok, tapi mekanisme impornya sering kali lambat, sehingga tidak tepat waktu mengantisipasi lonjakan permintaan.
“Kalau impornya telat dan distribusinya tidak lancar, ya pasti harga naik. Apalagi stok lokal juga terbatas,” jelas Sri Wahyuni, analis pangan dari INDEF.
Pedagang Merugi, Konsumen Menghindar
Alih-alih diuntungkan, para pedagang daging justru mengaku penjualan menurun karena masyarakat enggan membeli di tengah harga yang terlalu tinggi. Akibatnya, banyak daging tidak terjual dan berpotensi merugi karena tidak bisa disimpan lama.
“Bukan kami yang naikin harga. Modal sudah mahal, kami cuma ikut arus. Tapi pembeli kabur semua,” keluh Hendra.
Solusi Alternatif: Diversifikasi Konsumsi dan Subsidi Langsung
Sejumlah pihak menyarankan agar pemerintah mulai menggalakkan diversifikasi konsumsi protein hewani, seperti daging ayam, ikan, dan telur yang harganya lebih stabil. Selain itu, subsidi langsung kepada kelompok rentan dinilai lebih efektif ketimbang operasi pasar dadakan yang sering tidak merata.
“Daripada operasi pasar yang sering telat dan terbatas, lebih baik subsidi langsung diberikan ke masyarakat rentan untuk menjaga daya beli,” saran Sri Wahyuni.
Akses Pangan Layak adalah Tanggung Jawab Negara
Pemerintah perlu melihat persoalan ini bukan semata sebagai fluktuasi pasar, tapi sebagai persoalan hak dasar. Akses terhadap pangan layak dan terjangkau harus dijamin negara, apalagi menjelang momen keagamaan besar seperti Idul Adha yang sarat makna sosial.