Jelang Idul Adha, Harga Bahan Pokok Naik Tajam, Daya Beli Masyarakat Melemah!
Tanggal: 1 Jun 2025 09:58 wib.
Tampang.com | Menjelang perayaan Idul Adha, masyarakat Indonesia kembali dihadapkan pada lonjakan harga bahan pokok yang cukup signifikan. Kenaikan ini tidak hanya terjadi pada daging sapi dan ayam, tetapi juga merambat ke kebutuhan sehari-hari seperti cabai, bawang, hingga beras.
Harga Naik, Pedagang Ikut Bingung
Di berbagai pasar tradisional, harga daging sapi telah menyentuh angka Rp160 ribu per kilogram, naik sekitar Rp20 ribu dari pekan sebelumnya. Daging ayam menyusul dengan kenaikan mencapai Rp45 ribu per kilogram. Bahkan, harga cabai rawit tembus Rp90 ribu per kilogram, membuat banyak pembeli mengurangi jumlah belanjaan mereka.
“Biasanya jelang hari besar pasti naik, tapi tahun ini terasa lebih berat. Modal naik, pembeli sepi,” keluh Siti Mariam, pedagang sembako di Pasar Cibubur. Ia menyebutkan, bukan hanya konsumen yang merasakan dampak, para pedagang juga kesulitan menjaga omzet dan keuntungan karena harga beli dari distributor melonjak drastis.
Konsumen Menjerit, Daya Beli Menurun
Lonjakan harga ini menghantam daya beli masyarakat yang masih belum pulih sejak pandemi dan tekanan inflasi global. Banyak warga mulai menyiasati kebutuhan hariannya dengan mengurangi porsi belanja atau beralih ke alternatif yang lebih murah.
“Sekarang beli beras cuma 2 liter, dulu bisa 5. Cabai cukup seruas jari aja,” kata Yayan, seorang buruh harian di Jakarta Timur. Ia menambahkan bahwa lebaran tahun ini harus lebih hemat karena penghasilan tak sebanding dengan harga di pasar.
Distribusi Tersendat, Biaya Transportasi Tinggi
Salah satu penyebab utama kenaikan harga adalah gangguan distribusi dan tingginya biaya logistik. Kenaikan harga BBM dan kemacetan distribusi menjelang musim liburan menyebabkan pasokan menjadi terbatas di banyak daerah, terutama luar Pulau Jawa.
“Biaya pengiriman dari petani ke pasar melonjak. Sopir truk minta tambahan karena BBM naik dan jalanan macet parah,” ujar pengelola gudang pangan di wilayah Indramayu. Hal ini membuat harga barang melonjak begitu sampai ke tangan pedagang pasar.
Pemerintah Diminta Turun Tangan, Jangan Hanya Imbauan
Meski pemerintah telah mengeluarkan imbauan agar harga pangan tetap stabil, kenyataannya di lapangan tidak banyak berubah. Operasi pasar dan distribusi bahan pokok bersubsidi dinilai belum merata, dan hanya menyentuh sebagian kecil masyarakat.
Pengamat ekonomi dari Universitas Nasional, Dimas Herlambang, menyebutkan bahwa strategi penanggulangan inflasi menjelang hari besar harus lebih konkret. “Langkah seperti kontrol harga dan distribusi stok harus benar-benar dijalankan, bukan hanya pernyataan di media,” tegasnya.
Dampak Jangka Panjang: Inflasi dan Ketimpangan
Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa penanganan nyata, maka risiko inflasi yang lebih tinggi semakin nyata. Bukan hanya menekan ekonomi rumah tangga, tetapi juga memperbesar ketimpangan sosial karena hanya segelintir pihak yang bisa mengakses bahan pokok dengan mudah.
“Ketika kebutuhan dasar jadi mahal, rakyat kecil yang paling dulu merasakan sesaknya,” tambah Dimas. Ia juga mengingatkan bahwa dampak psikologis dari ketidakpastian harga ini dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Idul Adha Dalam Bayang-Bayang Penghematan
Perayaan Idul Adha yang seharusnya penuh suka cita kini harus dijalani dengan penuh kalkulasi. Banyak keluarga memilih berhemat bahkan menunda konsumsi tertentu agar anggaran bulanan tetap aman.
“Yang penting bisa beli beras dan minyak. Daging kurban insyaAllah dapat dari tetangga atau masjid,” kata Nurlatifah, ibu tiga anak di Bekasi.