Jakarta Fokus Pada Pertumbuhan Ekonomi Meski Lepas Status Ibu Kota
Tanggal: 19 Jul 2024 13:25 wib.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap optimis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayahnya meskipun sudah lepas dari status ibu kota. Mereka menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6% hingga 7% per tahun dengan fokus pada sektor perdagangan, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Analisis dari PwC Indonesia menjadi dasar utama dalam merumuskan strategi tersebut.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada kuartal kedua tahun ini mencapai 4,78% dan pemerintah ingin meningkatkannya hingga mencapai 6% dengan mengembangkan sektor perdagangan, pariwisata, dan ekonomi kreatif, begitu ungkap Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris Daerah Pemprov DKI Jakarta, Sri Haryati.
Menurut Sri Haryati, aspek yang memiliki dampak terbesar bagi perekonomian Jakarta adalah sektor perdagangan. Oleh karena itu, pengembangan sektor perdagangan, pariwisata, dan ekonomi kreatif menjadi strategi yang dipilih untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat perekonomian terbesar di Asia Tenggara dan dunia. Inisiatif ini juga sejalan dengan upaya membuat Jakarta menjadi kota yang kompetitif di tingkat global.
Sementara itu, dalam mengukur performa ekonomi Jakarta, pihak terkait menggunakan Global Cities Report 2023 yang diterbitkan oleh Kearney. Jakarta saat ini menempati peringkat ke-74 dari 156 kota dalam laporan tersebut. Salah satu upaya peningkatan peringkat tersebut dilakukan dengan memperbaiki performa ekonomi melalui sektor perdagangan, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Hippindo, Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia, juga turut berkontribusi dengan merencanakan konser musik bertaraf internasional serta mengadakan bazar setelah mengisi kantor pemerintahan di Jakarta. Upaya ini diharapkan dapat mengundang wisatawan asing untuk melakukan kunjungan pariwisata serta berbelanja di Kota Bajaj.
Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, telah melakukan koordinasi awal dengan Pemprov DKI Jakarta untuk mengisi kantor pemerintahan yang akan ditinggalkan. Budiharjo mengungkapkan bahwa peritel yang siap mengisi kantor pemerintah pusat umumnya bergerak dalam usaha minimarket, apotek, dan kafe. Mereka akan berusaha meramaikan kantor pemerintahan yang akan ditinggalkan dengan membuka minimarket, apotek, atau kedai kopi di lokasi tersebut.
Lebih lanjut, Budiharjo memaparkan bahwa investasi yang dibutuhkan untuk membuka usaha di kantor pemerintahan setidaknya mencapai Rp 3 miliar. Jumlah ini setara dengan biaya pembangunan satu kedai kopi di DKI Jakarta. Selain itu, Hippindo juga berencana mengadakan konser musik dan pameran untuk menjaga keaktifan konsumen di Jakarta, mengingat 40% dari omzet Hippindo berasal dari wilayah tersebut.
Dalam upaya meramaikan Jakarta, salah satu pameran yang menjadi fokus Budiharjo adalah Jakarta International Investment, Trade, Tourism dan SME Expo atau Jitex 2024. Pameran ini diharapkan dapat mendatangkan investor dan buyer dari Asia Tenggara. Budiharjo menargetkan kehadiran 100 orang investor dan buyer di acara tersebut. Saat ini, ia telah mendapatkan komitmen dari 40 investor dan buyer asal Malaysia, sedangkan 60 investor dan buyer lainnya diharapkan hadir dari Laos dan Kamboja.
Dalam wawancaranya, Budiharjo juga menuturkan rencananya untuk melibatkan penyelenggaraan konser musik di akhir pekan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menarik pengunjung dari dalam dan luar negeri, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui industri kreatif di Jakarta.
Dari berbagai langkah yang telah dijelaskan, terlihat bahwa Jakarta memiliki berbagai strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi meskipun sudah tidak lagi menjadi ibu kota. Dengan memanfaatkan sektor perdagangan, pariwisata, dan ekonomi kreatif, diharapkan pertumbuhan ekonomi Jakarta bisa tetap berada pada tren positif bahkan setelah keputusan pemindahan ibu kota. Kondisi ini memberikan optimisme akan masa depan ekonomi Jakarta yang tetap cerah dan berdaya saing di masa mendatang.